Sunday, October 25, 2020

MENGAHAPUS JEJAK CINTA LAMA DIA

 Pagi itu sehabis jogging aku langsung ke pasar Lemabang, seperti biasa setiap libur minggu aku mampir ke pasar sayur. Kegiatan rutin 3 minggu sekali. Sebagai wanita bekerja aku harus pandai menyiasati agar tetap dapat makan sehat, hemat dan gak selalu harus beli atau jajan. Lidah dan perutku tak terbiasa untuk menyantap makanan beli alias jajan. Aku harus membuat stock ikan-ikan di kulkas penuh. Sedangkan sayuran hijau bisa aku beli di super market setiap aku pulang pengajian di hari Sabtu, sekalian jalan.

Seperti biasa jika pulang dari pasar, barang belanjaan akan dibawa oleh adikku Atik naik becak. Aku sendiri lebih memilih jalan kaki saja, karena aku takut dan trauma naik becak. Aku pernah naik becak dan karena kecelakaan becakku terbalik. Saat dalam perjalanan tiba-tiba handphone yang aku bawa berbunyi. Aku mengangkatnya tertera sebuah nomor yang tak tercantum dalam daftar kontak. Kutekan tombol answer.

"Hallo...assalamualaikum"

"Alaikum salam. Apa kabar Esi..." kudengar nada bersahabat yang sangat akrab dari seorang laki-laki. Sangat bersahaja seakan-akan dia sudah sangat akrab dekat dengan aku.

Hatiku bertanya-tanya siapa gerangan laki-laki ini kok sok akrab benar.

" Alhamdulillah baik!.... Tapi maaf ...siapa ini???" tanyaku penuh ragu.

" Esiii.... duh sombong banget ... masa lupa sama aku"

" Siapa ya???"

" Kawan lama..."

" Kawan lama....???? Siapa???"

" Kawan SD. Ingat gak dulu kita sekelas"

" Kawan SD....??? " hatiku masih diliputi tanda tanya

" Fauzi...." ucapnya

" Ohhhh... Fauzi" teriakku surprise. Secepat kilat aku langsung mengingatnya, karena dulu saat kami masih di SD aku, dia, Hamzirwan adalah bintang kelas. Bergantian saja kami meraih juara 1 di kelas. Kadang aku yang juara satu, mereka juara 2 dan 3. Begitu juga sebaliknya.

" Alhamdulillah kamu masih ingat aku..." ujarnya senang.

" Ingetlah ...! Kita kan dulu sama Hamzirwan adalah 3 serangkai. Apa kabar Ziek..."

" Alhamdulillah baik.."

" Kok kamu bisa dapat no handphone aku?"

" Dari Mardiana"

Oh iya aku ingat nomer handphone aku pertama kali didapat Nizar dari tetanggaku Yanti yang merupakan teman SMAnya Nizar. Lantas rupanya nomer handphone aku sudah menyebar ke sahabat-sahabat akrab SD ku termasuk Latifah dan Mardiana. Aku masih ingat beberapa hari lalu Mardiana sahabat yang paling dekat saat SD menelponku bercerita panjang lebar bernostalgia. Dijung kalimatnya dia meminta aku mengizinkan dia memberi nomer HP aku itu pada Fauzi. Mardiana bilang sudah lama Fauzi mencari aku. Aku tergelak sambil mengizinkan.

" Ohhh... Mardiana... iya... iya inget aku seminggu lalu Mar nelpon"ujarku paham.

Sambil menuju jalan pulang ke rumah pembicaraan telpon hanya cerita basa-basi dan sedikit nostalgia masa lalu. Lantas dia mengusulkan buat group WA Alumni SD. Aku sih mengiyakan saja. Pembicaraan selesai ketika aku sudah sampai ke rumah karena aku harus segera menggarap belanjaan aku.


************

Sejak pembicaraan pertama itu, dia jadi agak lebih sering menelponku terutama pada malam hari. Pada awalnya aku hanya menganggap biasa saja. Karena sama sekali tidak terdapat tanda-tanda yang aneh dari pembicaraannya. Paling hanya nostalgia masa lalu tentang kelucuan-kelucuan tingkah polah kami. Meskipun aku sudah merasa bertanya-tanya kok dia sering sekali menelpon di jam-jam yang seharusnya dia bersama keluarganya. Untuk bertanya tentang siapa istrinya, anak-anaknya aku tidak bisa terucap, karena aku tak tahu status dia apakah dia sudah menikah atau belum. Seandainya dia belum menikah jika aku tanya tentang isteri dan anak-naknya aku takut melukai perasaannya.

Dia sangat intensif menelponku, hampir tiap malam bahkan seusai sholat Subuh. Sungguh hatiku bertanya-tanya, naluriku mulai merasa hal ini bukan biasa-biasa saja. Dan aku cuma bisa menyimpan tanda tanya ini. Aku mulai bergerilya bertanya-tanya pada teman-teman SD yang beberapa kali sempat temu kangen, aku menyelidik dengan sangat hati-hati sekali. Khawatir teman-temanku jadi bertanya-tanya kenapa ku begitu ingin tahu informasi tentang Fauzi. Takut teman-temanku jadi curiga. Namun aku tidak mendapatkan jawaban apapun tentang kondisi Fauzi saat ini. Menurut rekan-rekan yang dari SD, SMP sampai SMA selalu bersama mereka tak pernah tahu progress kehidupan Fauzi, sejak dia pindah dan menetap di Padang.

*********

Waktu berlalu, sempat dia mengusulkan reunian teman SD dan menunjuk aku koordinator, namun setelah dikoordinasi karena ada beberapa orang yang sok kuasa dan ingin pamer power semua yang sudah matang jadi balik ke nol lagi. Bahkan karena tersinggung oleh sikap Wiwik dan Nelly oknum yang ingin pamer kekuasaan itu kami sama sekali antipati dengan reunian, dan keluar dari group.

Beberapa kali pula Fauzi meminta ketemuan saat dia pulang atau dinas ke Palembang. Bahkan pernah janjian bertemu di bandara Soeta saat kami sama-sama dinas. Wallahualam semua tak bisa terwujud. Hal ini disebabkan aku sendiri takut dan selalu saja mencari alasan untuk menolak pertemuan itu. Hati kecilku mengatakan ini dosa. Sejujurnya aku sengaja menciptakan alasan untuk tidak bertemu dengannya.

Sampailah beberapa hari lalu saat aku WA dia untuk menceritakan detail dan ulasan setelah pertemuan alumni. Aku ikut reunian itu dan Fauzi bilang nanti cerita ya tentang acaranya. Usai aku WA cerita singkat tentang reunian, aku lihat dia blom membacanya. Jadi aku tak begitu peduli lagi dengan HP. Baru setelah sholat Ashar aku sempat memegang HP. Aku lihat beberapa kali dia miscall. Kucoba mengontak dia, alhamdulillah nyambung.

Maka berceritalah aku panjang lebar tentang jalannya reunian kemaren sore. Sesekali dia menimpali dengan mengulas serta memberikan beberapa pendapat, ketika aku bercerita ada beberapa orang yang sepertinya ingin menonjolkan diri dan dianggap lebih. Arah saran dan bicaranya adalah kasian saja pada mereka yang sok pamer dan sok kaya itu. Diusia yang sudah senja harusnya mempersiapkan diri pada sikap rendah hati dan menyadari bahwa kedudukan dan kekayaan hanyalah titipan sementara saja. Kita tak akan begitu lama lagi hidup di dunia ini, semua akan kita tinggalkan.

Dari ceritanya aku menyimpulkan bahwa dia punya jabatan yang lumayan tinggi dalam karirnya. Tapi karakternya sangat low profile. Lantas dari bincang-bincang tentang hasil reuni tiba-tiba dia ingin dan harus bercerita tentang masa lalu saat kami masih bocah . "Ini harus,.... aku katakan padamu Es...! Bahkan sudah dari zaman baheula aku ingin mengungkapkannya. Hajat ini pula yang ingin aku ungkapkan yang menjadi alasan beberapa kali aku ingin kita saling bertemu " ujarnya.

Hatiku berdetak dan bertanya-tanya cerita atau ungkapan apakah? Mulailah dia bercerita tentang sebuah rasa yang dia simpan bertahun-tahun tentang cintanya untuk aku. Tidak bisa hilang bahkan sampai kini. Dia bercerita dengan penuh antusias dia mencintai aku sejak kami kami kelas 4 SD. Aku mendengarkan dengan seksama. Dia bercerita tentang cintanya kepada aku karena dalam pandangan dia aku adalah sosok dengan sejuta kebaikan dan keindahan. Cantik, pintar, pendiam, anggun bahkan sampai harum badankupun menjadi kriteria terbaik di matanya.

Betapa aku tergelak dan terbahak ketika dia bercerita bahwa cintanya padaku sangat mendalam. Di rumah seringkali dia dimarah ibunya hanya karena mandi, berpakaian, menyisir rambut, makan terlalu lama dan seringkali dilakukan sambil melamun. Dia bercerita dalam lamunannya saat mandi di bak air yang terbayang adalah wajahku, demikian pula untuk kegiatan lainnya ada aku...aku... Belum lagi saat dikelas atau pelajaran olah raga terutama saat main bola kasti, hatinya akan terlonjak riang jika tanpa tanpa sengaja aku berdiri di dekatnya. Akan tercium harum tubuhku katanya. Aku tergelak-gelak mendengarkan ceirtanya.

" Subhanaallah Ziek, masih sekecil itu kamu sudah jatuh cinta???" tanyaku lucu

" Jadi kau tuh gak tahu ya Es.. bahwa aku suka dengan kamu?" tanyanya penasaran.

" Enggak!..., jawabku lugas

" Jadi kamu gak tahu kalau aku selalu berusaha dan cari alasan agar bisa berdiri atau berdampingan dengan kamu?"

" Enggak!"

" Masa sih?"

" Bener. Serius... aku gak pernah kepikiran sama sekali. Wong saat itu kita masih sangat kecil. Aku mana paham tentang cinta-cintaan. Zaman SD yang ada dipikiranku cuma makan, kerjain PR cepat-cepat, Ngaji di Langgar, trus main yeye, dakocan...itu aja!"

" Jadi serius kamu gak tahu tentang aku..."

" Ya ampun Ziek.... jangankan SD, bahkan sampai SMA pun aku gak pernah jatuh cinta. Entahlah kok aku telat perkembangannya. Apa karena didikan ibuku bahwa cewek itu gak boleh deket-deket dengan cowok ya?.

Dia bergumam panjang. Dan kembali melanjutkan ceritanya. Setelah SD kami memang berpisah karena kami melanjutkan SMP di sekolah yang berbeda. Namun dia terus memantau tentang aku melalui teman akrabku Mardiana. Bahkan sampai aku merantau ke Bogor saat jenjang SMA. Juga saat aku sudah kembali ke Palembang kerja di perusahaan Farmasi. Dia masih monitor tentang aku.

Dan pada akhirnya dia kehilangan infoemasi tentang aku sekitar tahun 1992. Saat itu dia kerja sebagai tenaga kontraktor di perusahaan yang sekarang aku bekerja. Hingga akhirnya dia diterima sebagai PNS dan harus pindah ke Padang. Itupun dia terus berusaha mencari tahu tentang aku. Hingga dengan keputus asaannya akhirnya dia menikah tahun 1995 dengan orang Padang.

Dia bertanya kemana aku setelah kerja di perusahaan farmasi itu. Aku cerita aku pindah kerja sebagai tenaga analist Lab di perusahaan tempat dia bekerja sebagai tenaga kontraktor. Dia juga bertanya apakah aku sudah menikah. Aku jawab aku menikah tahun 1998. Dia dengan sedih menyesal... ohhh aku kira kau hilang karena sudah menikah. Ternyata saat itu kau belum nikah katanya. Dia menikah tahun 1995.

Hatiku sebenarnya berdetak kencang dengan ceritanya. Laki-laki ini menyimpan cinta sendiri secara rahasia selama bertahun-tahun tanpa terucap. Subhanallah... Setelah selesai dia bercerita maka aku juga bercerita tentang aku, tentang kehidupanpun yang sedemikian pahit. Dia tersentuh. Dia menyatakan sanggup menjadi tempat aku mengadu jika aku punya masalah. Tapi aku menegaskan kita sudah berbeda. Dia punya keluarga. Dan aku ingin menjaga hijabku sebagai seorang muslimah. Takut fitnah... dan dia paham.

Dia sempat meminta aku berjanji untuk ketemuan di Idul Fitri nanti. Aku mengiyakan. Meskipun mungkin aku akan berdalih-dalih lagi.

Sejak ungkapan cintanya itu, kami memang masih berkontak via WA namun tidak begitu intensif lagi. Dia yang lebih dulu mengontak aku bertanya tentang kabar, bertanya tentang perkembangan group WA alumni SD.

Sore menjelang senja tanggal 17 Oktober 2020 aku meng"on" kan HP yang dari pagi belum aku sentuh sama sekali setelah di charge. Seperti biasa aku membuka WA biasanya tujuannya adalah menghapus group chat yang tidak penting menurutku. Namun jantungku seakan berhenti derdenyut, ketika kubaca ada yang mengucapkan Innallihi... telah berpulang sahabat kita Fauzi. Seolah tak percaya kalimat yang kubaca. Fauzi ... meninggal??? Aku menutup WA tanpa memberikan komentar pada chat tersebut.

Aku membuka FB dan kembali aku membaca berita duka cita itu di feed. Kakak iparnya yang mengumumkan dan Tag ke dia. Aku diam.... tidak bisa berkata-kata. Nelangsa... Tak percaya... Baru minggu kemarin dia WA aku tanya kabarku. Seminggu lalu pula di like statusku berupa puisi tentang cinta rahasia seorang laki-laki yang menyimpan cinta puluhan tahun tanpa terungkap. Dan besok aku berencana untuk ucapan selamat Ulang Tahunnya. Ya Allah.... Fauzi??? Meninggal. Rasa sesak didadaku tak bisa kuungkapkan. Bukan karena aku menyimpan rasa tentang dia. Sama sekali tidak. Namun aku merasa... aku selalu menghindari untuk bertemu dengan dia seperti keinginannya. Bahkan rencana Idul Fitri dia ingin ketemuanpun tidak terwujud karena pandemi dia tak mudik.

Benar-benar rahasia Allah. Qadarullah aku tidak diizinkan bertemu kembali dengannya. Sedangkan kenangan masa SD pun aku tidak dapat mengingatnya karena dia bukan lah seorang yang spesial dalam kenanganku. Hai...sahabat kecilku..Selamat jalan ....tidurlah di sisi Allah Aku akan mengenang keteguhan cinta yang kau simpan.Namun tidak ingin kusimpan... 

Status FB yang sempat di like Fauziek mungkin dia merasa ini untuknya padahal untuk banyak lelaki yang cintanya tak sempat terungkap padaku di masa lalu.


 

 



CINTA RAHASIA


Kau hanyalah sahabat masa kecilku.
Cuma itu dalam perspektifku.
Puluhan tahun berlalu..
Sampai suatu ketika kau menemukan kontakku dari group sekolah dasar.

Aku biasa saja..ketika kau begitu antusias mengontakku secara intens.
Berulangkali kau mengucap rindu dan ingin bertemu.
Namun...dengan posisiku sebagai wanita aku ingin kukuh menjaga hijabku, secara halus aku menghindar.

Aku berhitung lebih dari 7 kali kau membujuk untuk bertemu, dan sebanyak itu pula aku berdalih.

Hingga suatu ketika kau menelponku.
Kau bilang , aku ingin mengungkapkan isi hatiku secara jujur, aku gak mau jika aku gak hidup lagi semua ini belum terungkapkan.

Engkau mencintai aku sejak sekolah dasar, dan terus mencintai aku sampai kini. Engkau memonitor semua tentang aku. Bahkan ketika aku sekolah di Bogor. Menungguku...Sampai akhirnya kau kehilangan informasi tentang aku. Kau putus asa ... barulah kau bisa mempersilahkan seorang wanita mengisi hidupmu.

Aku tergelak, lucu mendengar penuturanmu. Demi Allah aku sama sekali tak tahu tentang rasamu. Aku masih terlalu kecil saat SD untuk merasa cinta... kaupun sudah tak kuingat lagi sejak lulusan SD.

Yah...sudahlah! Simpan saja cintamu itu untuk kau kenang tentang betapa cantik, anggun, pandai, santun dan segala yg mempesona tentang aku yang ada dalam ingatanmu. Betapa melangitnya aku menyimak sejuta positif perspektifmu tentang aku. Tersanjung....! Membuncah...! Tapi sudahlah...masa lalu sudah lewat. Hanya karena kau takut mengungkapkan cintamu dimasa lampau membuat selangit pesona, kekagumanmu ttg aku hanyalah kepedihan yg mengiris.

Semua sudah berlalu...
Kita dalam sisi yg berbeda masa kini...
Biarlah angin yang membawanya pergi
Kusimpan kau hanya didalam mimpi.

Dan sahabat masa laluku...betapa aku terhentak...hari ini kau telah berpulang ke hadirat Allah penciptamu.
Aku pernah mengiyakan bertemu denganmu Idul Fitri tadi, namun karena pandemi ini kau tak mudik.
Aku sadar semua ini Qadarrullah..sehingga kita akhirnya tak pernah bisa berjumpa lagi. Aku sdh tak bisa melukiskan penampakanmu saat ini, bahkan kenangan perjumpaan terakhir di SD dulupun aku sudah tak bisa mengingatnya.

Hai...sahabat kecilku..
Selamat jalan ..
..tidurlah di sisi Allah
Aku akan mengenang keteguhan cinta yang kau simpan.
Namun tidak ingin kusimpan...