Friday, June 19, 2015

KARENA AKU SEORANG BUNDA

Oleh : Esi Samsidar


Langit gelap malam ini ditingkahi gemuruh hujan yang menerpa kaca jendela kamarku. Disusul dengan hempasan angin yang bergemuruh membuat suasana semakin riuh. Aku melipat mukenah dengan rapih kemudian meletakkannya dimeja sudut dekat lemari. Perlahan aku melangkah kesisi ranjang, menghela nafas yang menekan dada. Kuhembuskan perlahan. Malam makin beranjak. Kutatap dalam-dalam bingkai foto yang tergantung didinding kamar. Mataku kembali berembun. Ardi dan Nabila tersenyum renyah tengah berpelukan.

Gamang hatiku lalu kurebahkan tubuhku disisi pembaringan. Penat sekali tubuhku. Sesekali kenangan masa silam bermunculan. Indah... Aku menggigit bibirku, menghela nafas menahan sakit. Semua telah berakhir. Kedua buah hatiku sudah tiada disisiku. Peristiwa yang sangat menyakitkan dan sulit diterima akal sehat. Tapi untuk apa disesali, karena setiap kejadian dimuka dunia tidak akan terjadi tanpa izin Allah. Dan setiap sakit yang telah diderita pasti Allah telah mempersiapkan obat penawar lukanya.

Hari-hari kulalui dalam kesendirian, dalam sebaran fitnah dan gosip yang mangancam. Tak mengerti maksud yang diinginkan laki-laki itu sebenarnya. Belum bahkan tidak puas untuk menghujamkan senjatanya yang senantiasa siap terhunus. Aku mendesah lirih....! Benarkah dia sosok seorang manusia? Andai iya mengapa begitu keji dan tak punya hati. Padahal aku telah memaafkan mereka untuk setiap bait penghinaan, cacian dan kekejian yang terlantunkan.

Mataku tertuju pada papan catur magnet yang kusimpan rapih didalam lemari hias. Aku sengaja menyimpannya sebagai kenangan terindah bahwa aku pernah melakukan sesuatu untuk menyenangkan Ardi. Papan catur itu dibeli beberapa tahun yang lalu tidak lama jelang dia meninggalkan aku. Aku tersenyum pedih mengingatnya. Kala itu kondisi keuanganku sedang sangat prihatin. Aku baru saja membeli dan membangun rumah pribadi.

Demi memiliki rumah yang pantas dan layak bagi ananda agar mereka bisa sejajar dengan orang-orang lain, meski ibunya seorang janda , aku rela meminjam kredit di bank, koperasi bahkan hutang ke Mama. Tetapi semua sudah diperhitungkan baik-baik dengan jaminan uang sekolah dan gizi ananda harus tetap terjamin. Kala itu Ardi mendapat tugas dari sekolah untuk membawa papan catur. Aku temani dia ke toko, dan dari semua yang ada dia memaksa untuk membeli papan catur yang pakai magnet yang harganya 75 ribu rupiah. Setengah menangis aku membujuknya dan memberinya pengertian agar membeli yang biasa saja seharga 35 ribu. Karena uang yang aku punya didompet hanya 40 ribu, padahal gajian tinggal 2 hari lagi.

Ardi nangis dan ngotot tidak mau mendengarkan aku. Tidak bisa tidak papan catur itu harus dibeli karena itu tugas guru dan besok harus ada. Jadi tidak bisa menunggu 2 hari lagi. Di dalam hati aku menjerit sedih karena takut mengecewakan anakku. Akhirnya aku membujuk dia pulang dulu untuk ambil uang. Aku menuju ke rumah ibu Angga, meminjam uang sebesar 35 ribu, dan akhirnya papan catur bermagnet itu dibeli juga. Karena aku seorang ibu.... Aku takut mengecewakan anak-anak. Tapi apakah ananda mengingat semua itu?

Kembali melintas dalam ingatan aku saat aku harus dinas ke Bandung. Aku merasa kasian kalau harus meninggalkan 2 orang anak sekaligus dalam asuhan Mama untuk waktu yang cukup lama (3 hari). Aku mengajak Ardi. Tersenyum manis aku ketika mengingat dia memejamkan matanya karena takut ketika pesawat take off. Bahkan Ardi yang lucu menjadi sangat menggemaskan saat dia kebingungan memilih hadiah mainan yang diberikan pramugari di pesawat. Dengan berani dia berlarian mengejar pramugari untuk berkali-kali menukar mainan itu. Hmmm... Juga sangat tidak terlupakan bagiku yang panik karena Ardi ngompol di kasur hotel. Kebingungan aku mencari akal bagaimana mengeringkan genangan air kencingnya di kasur. Aku menghisap kencing tersebut dengan 2 lembar handuk. Entahlah apa yang terjadi pada petugas cleaning service ketika kami check out. Ngomel...mengumpat? Maafkanlah...! Semua menjadi kenangan manis bagiku, untuk mengingatkan aku pernah berlaku baik padanya. Semua kenangan manis itu perlu dikenang kembali disaat aku mulai meratapi nasib, menyalahkan diri sendiri.

Anak laki-laki kecil dan menggemaskan itu telah melupakan arti pengorbanan bundanya. Karena dia memang tidak bisa membaca arti yang tersurat bukan yang tersirat. Belum genap 9 tahun usianya dia dan laki-laki itu telah tega melaporkan bundanya pada pihak kepolisian. Dengan 5 orang pengacara dia bersaksi dan menghantamkan pisau di ulu hati. Karena aku seorang bunda... rasanya terlalu naif dengan tuduhan itu. Aku menangis sakit. Rasanya alam , malaikat bahkan Allah menjadi saksi betapa hati ini sepenuhnya diberikan buat kebahagian dia kini, nanti dan dimasa depannya.

Aku selalu menanti kebenaran berbicara. Aku akan berdiri dengan segenap getaran yang mengalir di setiap arteri ku. Cinta.. pada ananda itu fakta dan tak bisa ditiadakan oleh ucapan laki-laki itu yang menyudutkan demi sebuah kemenangan. Aku akan berteriak meski di bawah tirani yang dianggap suci oleh laki-laki yang menobatkan diri sebagai penguasa.

Sudah bertahun-tahun keinginanku untuk menjenguk Anandaku. Tapi kau selalu tidak punya hati nurani untuk mengizinkanku berbicara dengan matanya. Padahal aku hanya ingin melepaskan rindu yang kian berkarat di pucuk hati. Aku hanya tidak mampu paham apakah memang kedua ananda yang menolak diriku karena aku telah dihapuskan dari memory ingatan? Aku tidak menuntut banyak! Setidaknya, adil itu masih tersisa untuk umurku yang mulai renta. Karena kedua ananda itu pernah menginap dalam rahimku selama 9 bulan lebih. Aku sangat letih ketika itu. Tapi tidak! Keadilan itu telah terlumatkan oleh sikap ego yang memenjara. Berkali-kali Nabila sering menitip pesan pada ibu temannya, pada temannya untuk dapat bertemu denganku karena rindu. Telah beberapakali kami bertemu secara sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan baik oleh laki-laki itu maupun mata-mata lain yang siap sedia berdiri disisinya. Dan faktanya anak-anak diancam dan ditakut-takuti utnuk tidak berjumpa dengan aku, karena mereka akan dibunuh olehku. Karena aku seorang bunda...rasanya perih mendengar tudingan dan fitnahan seperti itu. Hati bunda tetap merah dan dipersembahkan bagi seluruh kebaikan ananda dunia akhirat.

Saat ini aku hanya bisa menanti dan berdoa. Dimana tiap hari aku selalu menanti untuk bisa menyentuh tangan halus ananda. Menatap matanya, membelai rambut hitamnya serta mencium aroma kulit putihnya. Nyaris tak tersampaikan semua yang ku inginkan! Dan sampai sekarang pun, aku belum mencapainya. Tapi aku percaya pada Allah, dan aku hanya berserah padanya.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya “(Al-Baqarah ayat 45-46)

“Apabila kamu membalas kejahatan, kamu perlu membalas kejahatan yang sama seperti yang ditimpakan kepada kamu dan apabila kamu bersabar, tindakan yang demikian itu adalah lebih baik untuk orang yang bersabar”( An-Nahl ayat 126 )

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (Surat (63) Al Munaafiquun : ayat 9)




Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benarMaha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Monday, May 25, 2015

MAHAR CINTA DARI ISTAMBUL

Oleh : Esi Samsidar


Alunan lagu “Kupinang Kau dengan Bismillah” terdengar sayup dari laptop yang menyala di depanku. Aku menghela nafas panjang. Nafas kerinduan yang begitu dalam menyeruak dari dalam hatiku. Dari layar laptop aku menatap lekat foto-foto perjalanan wisata ke Turki beberapa bulan yang lalu. Semua melekat indah. Turki negeri indah bagaikan bidadari. Suasana, cuaca dan viewnya sangat indah dan membuat aku jatuh cinta. Mataku lekat menatap foto saat aku di garden park Istana Top Kappi. Bangku taman yang tersusun rapi dinaungi pohon-pohon tak berdaun. Penghujung musim dingin menjelang memasuki musim semi membuat pohon-pohon besar yang tak berdaun itu menjadi sangat menarik dan indah untuk dijadikan view mengambil gambar. Dalam foto dihadapanku aku duduk sendirian dibangku taman dengan gaya candid yang keren. Suka sekali aku dengan foto ini.

Selanjutnya aku klik mouse menekan “next” untuk melanjutkan melihat foto-foto wisataku. Sebuah foto yang menurut aku foto paling bagus dan paling cantik dari keseluruhan foto-foto selama wisata ke Turki kemarin. Fotoku di Camlica Hill. Aku berdiri ditengah-tengah pelataran entrance dengan view yang dikelilingi oleh pohon-pohon pinus bersejarah, flora besar , bunga tulip yang masih kuncup dan pemandangan seluruh wilayah Turki. Outfit berupa dress warna ungu  yang dipadan dengan cardigan ungu tua serta jilbab bercorak dengan kombinasi warna senada serta gaya candidku yang anggun membuat hasil foto tersebut menjadi sangat menarik. Aku tersenyum lirih. Mataku tiba-tiba sedikit berembun. Ada kenangan yang sangat manis mengenang perjalanan wisata itu. 

Camlica Hill
**************

Aku terpisah atau lebih tepatnya memisahkan diri dari rombongan ketika kami mulai memasuki area Camlica Hill. Suasana, cuaca dan tatanan taman serta view di area Camlica Hill membuat aku terpesona, aku tidak ingin melewatkannya begitu saja tanpa mengabadikan lewat foto. Teman dalam rombongan wisata asyik dengan kesibukan masing-masing dalam mengekspresikan cara mereka menikmati indahnya view di tempat tersebut, termasuk mengambil foto juga. Aku ikut dalam perjalanan wisata ini bersama teman sekantor uni Elly, tetapi sangat menyedihkan bagiku sebagai makhluk yang sangat suka berfoto memiliki teman seperjalanan seperti dia. Aku sudah mencoba berkali-kali minta tolong padanya untuk mengambil fotoku tapi selalu hasilnya “blurr”. Hmmm.... sekarang dia juga sudah entah kemana bergabung bersama yuk Galuh barangkali. Edo seorang anak remaja dewasa yang biasanya setia menemani aku dan bergantian saling foto juga tidak terlihat.

Aku menoleh sekeliling dengan camera pocket ditanganku, mencari-cari orang yang tepat untuk diminta tolong mengambil foto. Tanpa sengaja mataku tertuju pada dua orang laki-laki yang sedang asyik ngobrol dibibir pagar, karena hanya 2 makhluk inilah yang tidak terlihat sibuk, sementara wisatawan lainnya juga dengan kesibukan yang sama, berfoto. Aku tersenyum mendekat. Dan menyapa

“Would you like help me to take my picture, please?”

Kedua laki-laki tersebut mendongakkan kepala seketika mendengar suaraku dan membalas tersenyum. Salah seorang dari mereka, laki-laki berperawakan tinggi besar dengan wajah sangat tampan, mata kecoklatan, rambut coklat, kulit putih mulus agak kemerahan dengan kumis dan cambang lumayan lebat dipipinya tersenyum dan mendekat mengulurkan tangan.

“Its Ok” jawabnya

Aku menyerahkan camera pocketku ketangannya, dan menunjuk lokasi yang aku inginkan untuk berpose. Untuk lokasi pilihanku itu dia menyarankan mengambil pose berkali-kali. Selesai pose aku setengah berlari kecil mendekat kearahnya. Kujulurkan tangan untuk mengambil kembali cameraku. Laki-laki itu tersenyum dan memberikan isyarat untuk tetap menahan camera itu. Aku agak kaget.

“Beautiful lady, please I will take some picture of you” ujarnya.
“ Oh...” jawabku setengah kaku.

Dia menunjukkan beberapa lokasi yang memang merupakan tempat-tempat yang tepat untuk mengambil keindahan view sekeliling. Bahkan dia menjadi pengarah gaya. Jadilah aku bak model dan laki-laki tersebut bak seorang fotographer. Meski tak banyak bicara kami seperti orang yang sudah kenal dekat. Aku terlalu asyik berfoto sehingga tanpa kusadari rombongan tour kami sudah tidak lagi terlihat ada disekitar situ. Dari kejauhan aku melihat Edo melambaikan tangan mengisyaratkan untuk segera kembali ke pelataran parkir dimana bis kami menunggu. Menyadari keadaan ini aku setengah berlari menghampiri laki-laki tersebut.

“ Ok sir. Thank you for your helping” ujarku
“ You were welcome. Very nice can be your photographer, because you are very pretty and photogenic as well” ujarnya seraya menatapku tanpa berkedip.
“Oh yeah....? elakku dengan wajah memerah.
“Sure... I am serious!” jawabnya lantang seolah ingin meyakinkan.
“Masya Allah ...” timpalku spontan dan tersenyum kaku.

Dia ikut tersenyum manis, teman yang bersamanya tadi ikut mendekat melihat kami berbincang-bincang.

Let's take a look at some photos that I took earlier “ ujarnya serius sekali seraya menghidupkan camera dan membuka file-file foto yang barusan.

“What do you think about the lady in this picture? Pretty? “ dia bertanya dan melirik pada temannya seolah ingin mencari dukungan atas semua statement yang dilontarkannya.

“Of course!” timpal temannya tersenyum dan juga menoleh kearahku.
“Masya Allah...” ujarku salah tingkah. Aku menunduk malu.

Setelah melihat ulang hasil foto-fotoku akhirnya dia menyerahkan camera. Aku mengambilnya dan mengucapkan terima kasih secara tulus atas kebaikannya.

“Okay thank you so much for your kindness. I think you are great pothotographer as well. For me this is a fortune that I can meet with a photographer as great as you and kind as well”

Kulihat dia menggeleng-gelengkan kepala menolak pujianku.

“I'm the lucky ones can meet a beautiful woman like an angel “ ujarnya tersenyum manis.
Ouch ... It is too much sir”
“No! Really... It is a fact!” Aku agak sedikit tergelak melihat wajahnya terlalu serius.
Well .... Since my group had back to the bus, I have to back to the bus anyway “
“Okay... we have back too to take lunch “ balasnya mensejajari langkahku.

Akhirnya beriringan bertiga kami berjalan bersamaan menuju pelataran parkir. Kupacu langkahku untuk bisa mensejajari langkah mereka yang lebar-lebar, disamping itu agar bersegera sampai ke bis karena takut diomeli peserta lain. Selama perjalanan menuju ke pelataran parkir dia sempat memperkenalkan sedikit identitasnya. Laki-laki itu bernama Mehmed, sedangkan temannya bernama Mustafa. Mereka adalah teman karib semasa perkuliahan di Istanbul Technical University. Keduanya adalah sarjana teknik arsitektur. Mustafa menjalankan bisnis properti di Turki sedangkan Mehmed adalah tenaga kontraktor di Qatar. Mereka melakukan temu kangen di Camlica Hill dalam rangka Mehmed yang pulang cuti. Tidak terlalu detail identitas yang dia berikan demikian juga aku. Aku tidak juga bertanya apakah statusnya single, beristri dan punya anak berapa? Bahkan dia juga tidak melakukan pertanyaan serupa. Aku menganggap semua cuma obrolan basa basi. Tapi ada satu kesan mendalam yang kucatat didalam hati tentang sikap Mehmed, saat dia mengajak berkenalan dia tidak menjulurkan tangannya untuk bersalaman, dia hanya menangkupkan kedua tangannya didepan dada. Subhanallah...gua banget dah. Aku juga tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki bukan muhrim. “Seorang muslim yang baik “ gumamku di dalam hati.

Mendekati pelataran parkir aku menarik nafas lega karena kulihat rombonganku belum masuk ke dalam bis. Ada yang masih sibuk membeli kudapan kecil seperti es krim dan kacang khas Turki. Aku tersenyum mungkin mereka penasaran dengan rasa es krim Turki yang katanya spesial, karena kuanggap nekad juga dengan cuaca sebeku ini masih mencoba menyantap es krim.... hmmm.

Mehmed masih sempat menawarkan diri untuk dapat mengambil fotoku sekali lagi didepan sebuah restaurant yang terletak dimuara pintu masuk. Aku menurut saja menyerahkan camera bahkan mengikuti arahan gaya sesuai sarannya. Dia kembali memperlihatkan hasil foto melalui camera. Seraya terus memuji gesture dan gayaku dalam berfoto yang menurut dia sangat indah. Hmmmm...
Akhirnya kami saling melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Aku sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Dan sebagai salam terakhir Mehmed dan Mustafa mengucapkan “Assalamu'alaikum” seraya menangkupkan kedua tangan didepan dada, aku membalas dengan gaya yang serupa dan tersenyum.

Camlica Hill

Schedule perjalanan di hari ketiga sangat padat karena ini hari terakhir kami berada di Turki. Sejak masuk kedalam bis aku mulai merasakan rasa tidak nyaman dari lambungku. Banyak hal yang menyebabkan kondisiku seperti ini, pertama adalah semalam sudah hampir jam 1 aku baru tidur, jam 3 sudah bangun kembali untuk tahajud, dan jam 4 aku sudah mandi, sholat subuh dan dandan. Kedua mungkin disebabkan oleh menu sarapan yang kusantap pagi tadi salah, terutama susu coklat yang bergabung dengan telur rebus dan jus jeruk. Rasa mual dan mau muntah.

Memasuki “Kircilair Inter Store” aku bergegas mencari toilet. Begitu sampai ke toilet aku muntah...keluar semua isi perut dan sarapan pagi tadi. Setelah keluar semua baru merasa agak nyaman. Kuoleskan sedikit Freshcare ke dada, perut dan hidungku. Di WC sebelah yuk Galuh ternyata tengah berproses yang sama. Mungkin agak lama aku di toilet, sehingga Cansu turis guide kami telah memanggil, dan akhirnya kami diantar ke lantai 2.

Meski dengan kondisi tubuh yang agak kurang fit, aku selalu merasa exited menikmati setiap rute perjalanan. Saat rute trip menjelajah selat Bosphorus menggunakan kapal pesiar aku kembali ingat sinetron “Kupinang Kau dengan Bismillah” dimana Amar dan Nirvana seringkali syuting di lokasi ini. Dari sinetron ini pulalah aku bermimpi untuk dapat travelling ke Turki. Diatas kapal pesiar merupakan tempat pas untuk menikmati pemandangan kota Sultan Ahmed dengan pemandangan Blue Mosque, Hagia Sophia dan Topkapi Palace. Sedangkan di sisi Asia akan terlihat barak militer Selimiye. Juga terlihat jembatan penyebrangan yang menyambungkan sisi Asia dan Eropah kota Istambul. Pemandangan seindah ini dikombinasikan dengan cuaca dingin dengan temperatur udara sekitar 8 - 10 derajat celcius...membuat suasana terasa romantis.

Wisata Laut Marmara, with Edo
Wisata laut Marmara dengan kapal pesiar

Karena schedule cukup padat membuat rute perjalanan agak sedikit terburu-buru sehingga aku kurang dapat menikmati setiap tempat yang dikunjungi seperti Blue mosque, Top Kappi. Keluar dari museum tempat menyimpan benda-benda peninggalan jaman Rasulullah SAW di istana Top Kappi, aku dan uni Elly berjalan menuju bangunan yang nampaknya tempat pribadi Sultan dan keluarganya yang terdiri dari beberapa pavilion, kiosk, taman dan teras. Ada yang disebut dengan Circumsicion room, Yerevan kiosk, Baghdad kiosk, Iftar kiosk dan Terrace kiosk. Dari salah satu bangunan ini tampak pemandangan laut yang indah dengan air lautnya yang begitu biru.

Top Kappi Palace

Pemandangan selat Bosphorus dengan kapal-kapalnya, dan bangunan yang tampak kecil di punggung bukit. Serta jembatan di kejauhan. Di area ini ada beberapa bangunan yang semuanya menarik. Bangunan tersebut dihiasi keramik iznik pada dinding dan juga ornament keemasan pada beberapa gerbang dan pilarnya. Ada juga yang dulunya kolam. Pemandangan dari area ini sangat bagus, terutama sebagai obyek untuk berfoto-foto. Tetapi karena uni Elly memang tidak bisa bahkan sekarang menjadi tidak mau mengambil foto jadilah aku hanya memendam keinginan dan hasratku berfoto. Sesekali aku nekat minta tolong turis asing yang kebetulan lewat untuk mengambil fotoku.

Aku memilih duduk di kursi taman yang terletak di taman depan bangunan pribadi Sultan. Menatap jauh kedepan sambil menghembuskan nafas setengah kecewa karena tidak dapat berpose di area yang viewnya seindah itu. Aku mengambil camera pocketku, membuka dan melihat file foto-foto selama perjalanan kemarin. Sesekali aku tersenyum manis merasa puas dengan hasil foto yang bagus dan cantik. Tengah asyik memandangi hasil foto dari camera aku tersentak dan menoleh ketika kudengar suara menyapa dari arah belakangku, sangat dekat.

“Good afternoon beautiful lady”

Aku setengah terperangah demi melihat sosok Mehmed dan Mustafa sudah berdiri tepat dibelakang bangku taman yang aku duduki. Aku hanya menatap mereka setengah tidak percaya tanpa kata-kata. Kulihat mereka tersenyum manis ke arahku. Aku masih terpaku tanpa bisa berkata-kata.

“Assalamu'alaikum” sapa mereka dengan gaya khasnya menangkupkan kedua tangan didada.
Aku masih belum dapat mengeluarkan kata-kata apapun sehingga Mehmed dan Mustafa mengulangi salam untuk kedua kalinya. Setengah tersentak aku membalas “Alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh”

Tanpa aku perintah mereka duduk dibangku taman yang bersisian dengan bangku tempat aku duduk. Mehmed menatap dalam kewajahku langsung. Aku menunduk dalam, karena memang tidak biasa bertatapan dengan laki-laki.

This is really the grace of Allah. Subhanallah! Alhamdulillah! Lucky me, we can meet again by chance in this place. Thanks Allah, I can meet a beautiful woman like an angel for twice. I don't know...how...!” ujarnya dengan wajah berbinar-binar.

Aku hanya terdiam menunduk, dan aku merasa ada perasaan aneh didalam dadaku. Jantungku bergemuruh kencang. Aku masih terdiam. Kulihat Mustafa berdiri kemudian pamit untuk meninggalkan kami berdua. Aku bertanya-tanya didalam hati apakah ini memang suatu kebetulan atau memang Mehmed yang sengaja membuntuti aku. Tapi bagaimana bisa? Toh kemarin kami tidak pernah bercerita tentang dimana hotel aku menginap, rute dan schedule trip hari ini. Berbagai pertanyaan berkecamuk.

“Hello....are you here?” sapaan Mehmed membuat aku tersentak dan kembali membalas senyumnya.

Dibangku taman ini Mehmed banyak bercerita dan membuka identitas dirinya lebih terbuka. Usia Mehmed memasuki 42 tahun. Dia seorang duda tanpa anak. Selama 5 tahun setelah pernikahannya dia dan istri begitu sabar menanti hadirnya seorang buah hati yang tak kunjung datang, dan ujian terberat setelah 5 tahun penantian itu, istrinya didiagnosa mengidap kanker servix. Selama 1 tahun istrinya terbaring lemah melawan sakitnya, Mehmed dengan sabar memberi support kepada istrinya sampai akhirnya 4 tahun lalu dia harus ditinggalkan istri tercinta untuk selama-lamanya. Untuk melupakan kenangan indah tentang istri tercinta, Mehmed memutuskan untuk bekerja sebagai konsultan arsitektur di Qatar. Mehmed bercerita dengan mata sedikit berembun. Aku menyeka air mataku yang menitik karena terharu.

Meski dia sudah membuka diri dan memberikan identitas sedetail itu aku belum dapat memberikan identitas dan kisah pahit dalam kehidupan masa laluku. Seperti kemarin dia kembali menawarkan diri menjadi fotografer aku. Dengan senang hati aku menyambut tawarannya, karena dari tadi hasrat untuk berpose sudah aku pendam dan dari hasil foto yang diambil Mehmed kemarin anglenya memang pas. Kami berkeliling mengambil foto mengitari bangunan tempat pribadi Sultan dan keluarganya yang terdiri dari beberapa pavilion, kiosk, taman teras, circumsicion room, Yerevan kiosk, Baghdad kiosk, Iftar kiosk dan Terrace kiosk. Dari salah satu bangunan ini tampak pemandangan laut yang indah dengan air lautnya yang begitu biru, ditempat ini Mehmed sangat antusias memoto.

Puas berfoto kami berjalan beriringan menuju bangku taman yang berada di garden park di sisi jalan keluar, kembali Mehmed meminta aku berpose disitu. Sambil menunggu waktu yang ditentukan oleh tour guide agar seluruh peserta kembali ke bis yang menunggu di pelataran parkir aku dan Mehmed duduk dengan posisi agak sedikit berjarak. Sikap santunnya dan menjaga hijab membuat aku kagum. Mehmed lebih banyak bercerita sedang aku cuma menjadi pendengar. Mulai bercerita detail tentang sejarah Istana Top Kappi, tentang Turki sampai tentang pekerjaannya di Qatar. Aku mendengarkan dengan seksama. Disini kami sempat bertukar alamat, alamat email dan no HP masing-masing. Mehmed kelihatan sangat ceria, tidak terlihat kemurungan wajahnya seperti saat dia bercerita tentang istrinya.

Garden Park Top Kappi Palace

Siang itu istana Top Kappi sangat ramai karena ini memang musim liburan menjelang musim semi. Beruntungnya aku tidak melihat teman rombongan tourku melintas diarea tempat aku dan Mehmed duduk, meski berjarak aku merasa risih karena selama ini aku tidak terbiasa berdekatan berduaan dengan seorang laki-laki bukan muhrim. Berulang kali aku menghela nafas menepis rasa risihku. Sepertinya Mehmed dapat membaca kegelisahanku.

“ Do you think I came here and meet you by chance?” tanyanya
Aku merasa aneh dengan pertanyaan Mehmed. Aku merasa enggan untuk menjawabnya. Akhirnya dia bergumam sendiri.

“Actually not”
“ And so...?” tanyaku
“Since the meeting accidentally with you yesterday, I felt something strange has happened to me”
“ What's wrong??”
I dont know, I feel I want to know you better”
“Oopss...” aku terperangah.
“So Do you look for me purposely? How do you know our tour group is here? “ tanyaku penasaran
“Early in the morning I asked for help on Mustofa to contact all the travel agent to find Cansu as a tourist guide. Because yesterday you told me that Cansu is your tourist guide. Luckily I got, finally I tried to contact Cansu and know where to position your tour group is located. Not quite up there, arrived at the Top Kappi Palace I still had to circle around to find where you are” balasnya tersenyum.
“Subhanallah...!” ujarku seraya menggeleng-gelengkan kepala.
“In memory of me, you are a woman who was amazing” ucapnya dengan mimik wajah serius.
Really...? How could you be able to judge a woman who had met within one hour?” desakku tak percaya.
My heart say it “ ujarnya sekenanya.
Aku diam dan membuang pandanganku ke samping.

Aku terharu mendengar pernyataan Mehmed. Cukup lama aku menghukum diri dengan menjadi seseorang yang minder serta kurang percaya diri. Sejak “terrible case” yang dicanangkan oleh mantan suami serta anak kandungku sendiri. Gara-gara kesalahan kecil memukul Ardi yang membanting play station aku dipidanakan, bersama 5 orang pengacaranya mereka membantai aku habis-habisan, perebutan hak asuh anak di pengadilan agama, di kepolisian atas tuduhan KDRT, lalu pengadilan di kejaksaan. Selama 2 tahun aku menjalani proses peradilan tersebut seorang diri. Sampai akhirnya keputusan hakim menyetujui pengalihan hak asuh anak, dan hukuman 6 bulan penjara dengan masa percobaan selama 1 tahun. Habislah sudah aku. Aku yang teraniaya dan dizalimi. Demi Allah akulah yang mengetahui fakta yang sebenarnya, semua sudah diputar balikkan. Lantas aku berharap dengan telah membantai seperti itu, cerita antara aku dan dia akan “end”. Aku hampir tidak percaya pada kenyataan karena sampai detik inipun dia masih terus bergunjing, masih terus memfitnah, agar semua orang membenarkan bahwa aku memang wanita yang keji dan jahat. Aku sama sekali tidak diizinkan berjumpa dengan anak-anakku, bahkan anak-anak dicekoki untuk membenci aku. Selama 6 tahun telah berlalu dari peristiwa itu, dan aku masih merasa sangat terpuruk dan dia masih mengangkat senjata memerangi aku.

Aku hampir tidak menghargai diriku sendiri. Tapi perlahan rasa percaya diri yang mulai bangkit dari banyak peristiwa yang kualami belakangan ini. Banyak orang yang simpati dan menyukai aku karena sikap dan tatakramaku. Teringat saat trip hari pertama, ketika kami berada didalam fery penyebrang selat Bosphorus untuk menuju ke Bursa City. Betapa banyak wisatawan yang “adore me”. Anak-anak balita, orang tua, ABG. Aku terharu mengingat kejadian yang sangat berkesan. Ketika fery hampir sandar rombongan kami diminta untuk segera masuk ke bis yang menunggu dilantai bawah. Baru saja kakiku akan melangkah menaiki bis, kudengar terikan keras memanggil, “Beautiful mom, Indonesian”, aku menoleh. Kulihat 2 orang ABG dari Aljazair yang tadi di cafe sempat berbincang-bincang denganku melambaikan tangan memanggil. “Please, take a picture with us for the last” ujar mereka.

Aku terpana dan haru mendengarkan cerita mereka. Mereka telah berkeliling mencari aku untuk dapat berfoto bersama, karena saat di cafe aku hanya sibuk menggendong dan foto-foto bersama adik bayi mereka. Dari penuturannya, mereka sangat mengagumi, keramahan, kelembutan, tatakrama dan juga gaya berbusanaku yang trendy. Aku menyebut asma Allah berkali-kali dalam hati. Ya Allah...kebenaran itu tidak dapat ditutupi. Diri ini laksana kaca, semua orang dapat menilai dan membaca karakter.

ABG dari Aljazair

“Something wrong...? ujar Mehmed lagi karena melihat aku melamun.
“Oh nothing.....”
“Please say something”, suara Mehmed membuyarkan lamunanku.

Aku membuka case HP dan melihat jam, saat itu telah menunjukkan jam 3.30 WIB.
“ Sorry Abi, I have to back to bus. It is already 3.30”, aku berdiri dan melangkah. Kulihat Mehmed juga segera berdiri dan mensejajari langkahku. Berjalan beriringan dia masih terus bicara untuk berusaha meyakinkan aku bahwa dia ingin mengenal aku lebih jauh lagi. Sejauh apa aku tidak perduli. Aku hanya diam dan menyimak semua omongannya. Mehmed sempat menanyakan nama Hotel dan jam keberangkatan pesawat kami besok hari. Sebelum melangkah masuk ke bis aku masih mendengar ucapan “take care dan assalamu'alikum” dari mulut Mehmed. “Okay thanks, alaikum salam warahmatullahi wa barakatu”balasku.

Berhubung hari terakhir, rute perjalanan hari ini agak sedikit cepat selesai. Setelah makan malam di “Warung Nusantara” restauran dengan menu makanan Indonesia, rombongan langsung menuju hotel. Jam 7.00 malam kami sudah tiba di hotel dan masuk kamar masing-masing. Teman sekamarku yuk Galuh dan uni Elly kulihat langsung membanting tubuh ke kasur. Aku melepas boot dan membuka blazer wool tebal yang kupakai, mengambil handuk untuk mandi. Setelah itu aku sholat Maghrib yang dijamak dengan Isya.

Aku masih sibuk merapikan koper ketika kudengar alunan lagu “Mencintaimu Sampai Mati Uthopia” dari HP ku. Aku berdiri mengambil HP yang tergeletak diatas meja rias. Sedikit kaget ketika kubaca nama Mehmed di display, dadaku bergetar, kucoba menarik nafas menenangkan diri lalu menekan tombol answer. Ternyata Mehmed dan Mustofa sedang menungguku di Lobby, mereka ingin berjumpa. Aku tak kuasa menolak. Kututup koper yang sudah kurapihkan tadi. Lalu aku bergerak ke koper jinjingan mengambil baju. Aku menukar daster dengan baju tersebut. Dengan suara pelan aku berpamitan pada yuk Galuh yang sedang tertidur. Aku pamit untuk menemui teman di lobby. Tidak kudengar jawaban cuma lenguhan “heehhh...”.

Dengan perasaan tak menentu aku menuju lift dan turun ke lobby. Begitu keluar lift aku lihat Mehmed, Mustafa, seorang wanita Turki yang putih manis dan seorang anak laki-laki 8 tahunan sudah duduk menunggu di kursi tamu lobby. Mereka serentak berdiri dan tersenyum ketika aku mendekat. Dengan santun Mehmed memperkenalkan satu persatu orang-orang yang saat itu bersamanya. Tugce memeluk seraya menciumku dengan mulut bersuara seperti kebiasaan Turkish, wanita cantik itu isteri Mustafa, dan Salim anak laki-lakinya. Mereka ramah dan hangat, seperti kebanyakan karakter orang Turki yang sering kutemui saat haji atau umroh, juga selama aku berwisata di Turki ini. Turkish memang sangat ramah dan baik.

Mehmed dan keluarga Mustafa mengutarakan niat untuk menjamu aku makan malam, sebagai farewell party. Aku terdiam... Tidak dapat memberikan jawaban. Rasanya tidak mungkin aku pergi dengan orang-orang asing yang baru saja aku kenal dalam hitungan jam sejak kemarin. Aku merasa khawatir terlebih lagi sebelum keberangkatan rombongan wisata kami ke Turki, di Indonesia sedang santer pemberitaan tentang hilangnya 6 orang WNI yang sedang berwisata ke Turki. Untuk menolak aku juga tidak tega. Tidak mungkin aku pergi sendiri. Tetapi minta ditemani ayuk Galuh atau uni Elly juga tidak mungkin, karena bukankah tadi sebelum aku turun ke lobby, aku pamitan saja tidak dijawab. Aku diam...dengan mata menerawang.

“And how...? Would you like??? “ tanya Qeenan setengah memelas.

Aku menghela nafas dalam, namun tiba-tiba terlintas dalam pikiranku untuk mengajak Edo.
“Hello....are you here?” canda Mehmed karena melihat aku bengong.
“Sorry... frankly I am afraid to go out lonely. May I invite someone to accompany me?” tanyaku hati-hati.
“Oops...of course!
“Ok thank you. Wait a moment please”, aku menuju resepsionis dan meminjam telpon.

Aku menelpon Edo kekamarnya. Beruntung sekali dia belum tidur dan sedang santai menonton TV. Aku menceritakan situasiku, dan memohon dia untuk menemani. Edo anak remaja dewasa yang sudah aku anggap seperti anak sendiri memang sangat baik dan sopan terhadapku, selama perjalanan aku tidak pernah lepas dari Edo. Kami selalu dekat karena punya hobby dan pandangan yang sama tentang angle yang bagus untuk pemotretan. Alhamdulillah Edo bersedia. Aku bilang agar dia segera turun ke lobby, aku menunggu. Tak sampai 5 menit aku melihat Edo keluar dari lift, perasaanku lega. Aku memperkenalkan Edo sebagai anak angkat dan teman satu rombongan wisata. Tanpa pamit dengan ketua rombongan aku dan Edo masuk ke dalam mobil Mustafa.Mobil itu cukup besar aku tidak tahu merk apa, mirip seperti Alphard. Mustafa duduk menyetir, Mehmed disebelahnya, sedangkan aku dan Tugce dibangku tengah, Edo dan Salim duduk dibagian belakang.

Cuma memerlukan waktu kurang dari 15 menit akhirnya kami turun di sebuah komplek restaurant/cafe dipinggir pelabuhan laut Bosphorus. Kumkapi Fish Restaurant. Desain penataan bangku dan meja bagi pengunjung sungguh amat menarik, demikian pula penataan cahaya lampu di area tersebut luar biasa indahnya. Kerlap kerlip lampu membuat area ini menjadi menakjubkan. Masya Allah indahnya. Semilir angin laut yang menghembuskan udara sangat dingin membuat aku sedikit bergemeretak meskipun aku sudah memakai baju berlapis empat dengan sarung tangan wool tebal. Meski dingin semua kondisi disini menimbulkan suasana yang sangat romantis.

Kami langsung diterima dengan hangat oleh seorang pelayan dan segera mempersilahkan kami masuk kedalam ruangan khusus, tampaknya Mehmed sudah membuat reservasi. Dalam ruangan suhu udara tidak terlalu dingin karena dipojok ruangan dipasang pemanas. Sembari menunggu sajian hidangan aku terus berbincang akrab dengan Tugce. Mehmed duduk tepat didepanku. Aku menjadi sedikit agak canggung, beruntung Edo juga duduk disebelah kananku sehingga bila kecanggungan itu datang aku bisa sedikit berbincang dengan Edo. Aku sedikit menjelaskan siapa mereka kepada Edo, karena aku yakin Edo pasti bertanya-tanya di dalam hatinya tentang siapa mereka. Edo tersenyum kagum, sambil berbisik “ Ibu memang luar biasa, setiap orang pasti sangat menyukai ibu. Ibu sangat baik dan menarik” pujinya. Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Hmmm...kebagusan memujinya Do” bisikku lagi.

Seperti biasa cara jamuan makan di Turki yang aku alami selama 3 hari ini, menu pembuka yang disajikan adalah salada sayur dengan saos minyak zaitun dan perasan lemon, yang selanjutnya disusul menu kedua roti khas Turki dengan kuah kari. Meski aku belum dapat menyesuaikan diri dengan masakan Turki demi menghormati jamuan ini aku mencoba menikmati makanan yang disajikan. Siasatnya adalah makan dengan perlahan sehingga ketika makanan kedua telah disajikan aku akan cepat-cepat menyodorkan ke pelayan hidangan sebelumnya yang belum habis kusantap. Menu utama yang disajikan adalah salad ikan salmon. Ikan salmon mentah yang disiram saos mayonese, minyak zaitun dan perasan lemon dikombinasikan dengan irisan salada, wortel dan kubis merah. Setengah mati aku berusaha menelannya, baru satu potong yang kumasukkan kedalam mulut aku tersedak karena mau muntah. Kutahan agar tidak muntah. Aku sadar Mehmed memperhatikan aku.

“Are you okay...?”
“It's okay! Sorry...During three days in Turkey, I still can not get used to enjoy the taste of Turkish cuisine. I am so sorry...” ujarku setengah memelas.
“Never mind. I understand “ ujarnya menenangkan

Edo tersenyum kearahku, karena Edo sangat tahu bahwa aku memang tidak pernah bisa memasukkan sajian khas turki ke dalam mulutku, karena Edo selalu duduk semeja dengan aku disaat makan pagi, siang dan malam selama tour ini. Berkali-kali mama Edo membujuk aku untuk makan setiap jam makan, dia kasihan melihat aku makan sangat sedikit sekali.

Mehmed berusaha menuangkan air putih ke gelas didepanku, lalu menyodorkannya. “Thanks..” aku mengambil dan segera menenggaknya untuk mendorong masuk potongan kecil ikan salmon mentah yang masih kusimpan dimulutku. Beruntung pelayan datang menyajikan sepiring irisan buah apel dan sunkist. Dengan lahap aku menyantapnya untuk menghilangkan rasa eneg. Sedang asyik menyantap buah tiba-tiba Mustafa mengajak Tugce keluar untuk menikmati pemandangan tepi laut Marmara, Salim berteriak ingin ikut. Dan seperti diperintah Edo juga keluar bersama Salim. Aku diam saja ketika kami hanya tinggal berdua di ruangan tersebut. Mehmed menatapku dalam. Aku menunduk. Kulihat Mehmed berdiri merogoh sesuatu dalam kantong jaketnya, lalu dia memutar ke arahku. Mehmed mendekat ke kursi tempat aku duduk lantas setengah berjongkok dia menyerah sebuah kotak kecil bludru berwarna biru navy, seraya membukanya.
“Be my wife, please!”, Mehmed berbicara lembut dan tegas.

Aku tersentak kaget, tubuh serasa lemas, mukaku memutih dan dadaku bergemuruh kencang. Aliran darahku seakan terhenti mendengar ucapan Mehmed. Aku mematung menatap wajahnya dengan pandangan tajam. Aku melihat cincin emas putih bermata blue saphire yang dia serahkan padaku.

“Baby be my wife, please. Take the ring as my mahar” ulangnya.
Aku masih tetap diam mematung, dadaku bergemuruh kencang. Sulit untuk menterjemahkan perasaanku saat ini. Kalau tidak kutahan rasanya aku ingin menangis, mataku sedikit berembun. Hatiku bergumam lirih...Allah..Allah...Allah.. terus aku mengucapkan itu dalam hati untuk meredakan perasaanku yang tak menentu. Aku ingin Allah hadir dalam pandangan dan hatiku saat ini. Allah...Allah...

“Please say something “ Mehmed memohon.

Aku menatap mata Mehmed memberikan isyarat padanya untuk berdiri. Dia menolak dan berusaha terus menyodorkan maharnya untuk kuterima. Aku menggelengkan kepala dengan mata berembun. Aku membujuk dan memelas memohon dia untuk berdiri, aku tidak tega melihatnya. Aku bukan wanita romantis yang merasa senang melihat seorang laki-laki begitu menghinakan diri berlutut di depan seorang wanita. Aku terus memohon Mehmed untuk berdiri, akhirnya dia mengikuti keinginanku. Aku meminta Mehmed kembali duduk di tempatnya semula. Dia menuruti saja. Aku menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan degup jantungku yang sangat keras. Mehmed menatap dalam dan pasrah ke arah mataku.

Mehmed Abi, it is hard for me to say something. All of this is like a dream. So suddenly! I believe you're serious. But it seems you are too emotional” tukasku lembut agar dia tidak tersinggung.
It's about the feeling of the soul, not emotion”
“Is it as fast as that? How could you as fast as propose me, though you don't know who I am?”
I don't know. I can not explain what I feel. My conscience tell you the right person for me. To be my wife” ujarnya menjelaskan.

Aku tersenyum mendengar penuturannya.
“But I think love does not have to rush. Love should be considered carefully. So that one day our hearts do not hurt each other” ujarku.

Aku sangat berhati-hati untuk berbicara aku takut untuk membalas ataupun bercanda aku takut, karena dari adik kandungku Atik aku tahu bahwa kebiasaan laki-laki di negeri Arab, Turki atau negara-negara Islam lain memang tidak perlu waktu yang lama untuk meminang seorang wanita. Begitu mereka merasa cocok maka seketikapun mereka bisa melamar seorang wanita.

“ I do adore you”. bantahnya
I understand. But for a woman that love should be considered carefully. Because a woman's heart was extremely fragile, to accept disappointment when the heart, love and trust that has been given to a man merely momentary delusion “ aku berargumentasi
“ Does this mean you refuse me?” ujarnya setengah kecewa
Aku ingin menangis mendengar kegigihannya. Rasanya tak tega melihat ekspresi Mehmed
“ Abi please understand me. Please understand my feelings. My past marriage was very painful. Past trauma impression on my heart”

I'll treat the wounded heart' ujarnya membujuk
I do believe. But..I am a woman who does not want to gamble in deciding to get married. I had to learn from experience marriage failure”
“And so?”
Give me more time to think and consider your proposal to marry”
Does this mean you refuse me?”
Not really. I just need time to think. As a woman, marriage is something very sacred, which can not be decided by a sudden. Because I hope that my second marriage would last until the end of my life “

To be honest I was also very impressed with you. You are gentle, patient, loving and most of all are loyal. I can see your loyalty, for more than 4 years you're still loyal love your wife even though she was died. But I'm only human. I still want to ask for guidance from Allah . Because a good thing in my opinion, may not be good in Allah's opinion. Meanwhile, according to both Allah would have been good to me ” ujarku lembut sambil terus menatap matanya. Mehmed menatap aku dengan penuh kekaguman.

Masya Allah...! You are truly an angel. My feelings are not wrong. My decision is not wrong to want you as a wife. I feel more sure to propose you as my wife. Subhanallah...! gumamnya dengan wajah berbinar.

“I will wait for you decision. I hope Allah will bless me”

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan jam 10.30 malam, ketika kami meninggalkan area Kumkapi Fish Restaurant. Aku menyuruh Mehmed menyimpan dan mengambil kembali cincin dalam kotak yang dia ingin berikan. Sambil berjalan beriringan ke area parkir kembali Mehmed meminta aku berpose diarea yang sangat indah itu. Aku menyaksikan keindahan gemerlap lampu di sekitar pelabuhan Bosphorus. Hembusan angin malam dalam temperatur udara 8 derajat celsius membuat aku bergemeretak, kurapatkan blazer woolku hati ini masih bergetar, dengan segala keajaiban cinta yang tiba-tiba. Kuhembuskan nafas dan membiarkan angin dan waktu yang akan menjawabnya.

Kumkapi Fish Reastaurant Area

Kumkapi Fish Restaurant

Malam itu Mehmed dan Mustafa mengantarkan aku kembali ke Hotel Golden Wing. Dengan wajahnya yang sangat tampan, dia mengucapkan salam perpisahan dan terus mengulangi permohonannya agar aku memberikan jawaban secepatnya, aku mengangguk lemah dan melambaikan tangan kearah mereka. Didalam lift Edo sedikit bertanya, dan aku bercerita apa yang telah terjadi di restauran tadi sesaat Edo meninggalkan ruangan itu. Dengan wajah penuh kekaguman Edo menatapku.
“Ibu memang hebat kok. Edo aja suka sekali dengan ibu. Berbincang-bincang dan berada didekat ibu sangat menyenangkan. Apalagi bapak tadi bu” ujarnya.

“Hmmmm...entahlah Do, seperti mimpi”
“Tapi ganteng...dannn...baik juga kok kelihatannya bapak tadi”
“Edo ..Edo...” aku tergelak sambil keluar dari lift. Kebetulan lantai kami sama. Seraya mengucapkan terima kasih dan meminta Edo berjanji untuk tidak bercerita pada siapapun termasuk mama dan papanya. Aku berbelok ke kiri dan Edo ke kanan. Masuk kamar aku melihat yuk Galuh sedang sholat, mungkin sholat Isya. Dia sedikit basa-basi bertanya siapa tamuku, aku menjawab teman facebook. Aku mengganti pakaian, merapikan koper yang akan dibawa besok. Selanjutnya membersihkan riasan muka lalu mengambil wudhu dan tidur. Malam... engkaulah saksi tentang hati yang mulai merasakan kepercayaan diri. Dan aku masih bimbang tentang cinta dan trauma.....

Tepat jam 8 pagi kami selesai check out dari hotel, dan bis sudah melaju menuju "Ataturk Airport", sedih ya harus meninggalkan Turki kota indah yang penuh peninggalan sejarah Islam dengan desain arsitektur yang "awesome". Mungkin lain kali aku harus kembali lagi kesini, mengulangi kembali tempat-tempat yang belum secara puas aku nikmati, dan juga mengunjungi sisi lain Turki yang belum sempat kami kunjungi pada perjalanan wisata kali ini, misalnya Cappadochia, Pamukkale dsb.

Dalam bis Cansu kembali menjelaskan segala regulasi check in bandara dan sebagainya..dan sebagainya. Sebelum turun Cansu sempat membagikan tanda mata berupa sajadah untuk masing-masing peserta. Terima kasih Cansu see you next! Setelah proses check in dan bagasi yang cukup lama, kami diminta masuk untuk pasport control di counter imigration check in. Aku melangkah dibarisan paling depan. Namun baru beberapa langkah aku berhenti dan menoleh. Cansu memanggilku, aku mendekat. Tiba-tiba Cansu menyerahkan HP, “some one want to talk with you”. Dengan wajah bertanya-tanya aku menerima telpon tersebut. Ternyata Mehmed, dia menginginkan bertemu untuk terakhir kali. Dia menunggu di luar. Kututup telpon, lalu bertanya pada Cansu. Cansu mengizinkan aku keluar lagi dia akan tetap menunggu aku disitu katanya.

Aku keluar, di dekat “souvenir shop” kulihat Mehmed melambai-lambaikan tangannya agar aku mendekat. Aku mendekat, sekali lagi dia mengucapkan salam. Aku membalasnya. Dengan halus aku meminta dia segera mengutarakan keinginannya karena kami harus segera masuk melakukan imigrasi check in. Dia mengerti. Mehmed mendekat dan memberikan sebuah kotak bingkisan. Aku menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Selanjutnya aku mohon pamit dan ingin bergegas untuk segera masuk. Dia mengangguk lalu mengiringi kepergianku dengan salam dan lambaian tangan.

Aku memasukkan kota pemberian Mehmed ke dalam tas jinjingan dan setengah berlari menuju ke tempat Cansu. Setengah berbisik Cansu mengatakan Mehmed itu laki-laki baik. Aku tersenyum mengangguk dan melambaikan tangan ke Jonsu sebelum masuk ke antrian pasport control. Perjalan 10 hari kedepan rombongan kami akan melakukan ibadah umroh. Semoga akan mendapatkan petunjuk tentang cinta yang tertinggal di Istambul. Langit mendung Istambul mengiringi pesawat take off menuju Madinah. Aku melafazkan nama Allah dan doa safar. Hatiku bersenandung...

**************

Setelah pulang ke tanah air Mehmed masih sangat rajin mengirim sms dan email. Entah hanya untuk bertanya kabar, mengabarkan keadaannya bercerita tentang pekerjaannya, tentang rencana dia pulang ke Turki dan akan memulai bisnis bekerja sama dengan Mustafa. Aku membaca semua itu dengan suka cita. Jujur aku katakan waktu yang berlalu sebenarnya telah membuat aku menyukai Mehmed. Tetapi belum sanggup memberikan jawaban apabila Mehmed kembali bertanya tentang lamarannya.  

 Setiap malam aku berdoa. Aku berdoa, jika memang ia jodohku maka dekatkanlah ia padaku, Ya Allah. Ridhoilah perasaan ini, karena sesungguhnya hamba yang mulia adalah hamba yang mencintai dan dicintai karena Allah SWT. Namun, jika ia bukan jodohku maka jangan biarkan rasa ini terus berada di dalam hatiku. Ya Allah, Engkaulah yang mengatur segalanya, rezeki bahkan jodoh. Yang manusia bisa lakukan hanya berdoa dan memohon kepada-MU Ya Allah.

Aku menutup folder foto. Selanjutnya membuka inbox email. Di inbox kulihat ada 1 email dari Qeenan. Aku membukanya :

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Dear Echie,
6 months have passed, and the period of 6 months is not a short time for someone waiting for answers about love. If you love, should not take a long time to give a decision. But I would not give up to get my true love. Get you as my wife. Because my heart is sure you are the best woman that has been ordained by Allah to be with me for the rest of my life.

I can not let any longer to get that certainty. Next 2 weeks I am, my mom, Mustafa and his wife will come to Indonesia to propose you. I do not want to waste time to realize my dream. We are already booking tickets to Jakarta. We will arrive in Jakarta at 19:40 with Turkish airline TK-004.
There is nothing more beautiful in addition to enjoy life side by side with you. Wait for my arrival.

With much love
Mehmed

     Gelagapan aku membaca email Mehmed. Tanganku gemetar.... Ya Allah laki-laki itu tidak main-main dengan niatnya. 2 minggu lagi dia akan datang melamarku, sedangkan aku tidak pernah bercerita pada siapapun, papa, kakak dan adek, aku tidak bercerita tentang cinta laki-laki asing tersebut. Bahkan dia akan datang 2 minggu lagi untuk melamarku. Ya Allah... tolong aku. Aku menutup email Mehmed, sign out. Aku berdiri dan terduduk lemas disisi pembaringan. Tidak ada tempat aku meminta pertolongan dan petunjuk selain Allah.

     Malam-malam berikutnya aku semakin rajin istikharah. Aku memohon diberikan petunjuk untuk memutuskan. Mengapa aku terlalu ragu dan takut? Apakah trauma masa lalu sakitnya sangat lekat membekas diingatanku? Lambat laun menjelang kedatangan Mehmed ke Indonesia hatiku lambat laun menjadi yakin. Dia memang didatangkan Allah untukku. Pertemuan tak terduga dan skenario yang diluar perkiraan manusia. Aku yakin semua itu bukan suatu kebetulan melainkan jalan cerita yang telah diatur oleh Allah. Aku membalas email Mehmed, aku telah menjawab permitaannya. “I do”. Memberi tahu Mehmed bahwa untuk menemui aku tidak cukup hanya sampai di Jakarta, karena aku tinggal di provinsi lain yang jauh dari Jakarta. Aku menyuruh dia segera membooking tiket Jakarta-Palembang.

Satu minggu kemudian lamaran sekaligus akad nikah dan pesta pernikahanpun berlangsung. Acara berlangsung dengan hikmat. Hanya selamatan kecil mengundang kerabat dekat dan tetangga. Aku menangis haru ketika Mehmed melapazkan akad nikah. Setelah penantian yang panjang, kini Kau anugerahi hamba perasaan yang indah ini. Semoga keindahan dari rasa ini akan senantiasa membawa berkah, bukan sebaliknya. Puji syukur atas segala nikmat dan karunia-Mu ya Allah. Kau berikan aku laki-laki soleh, baik, dan tampan yang saat ini sedang duduk di samping hamba. Atas ridha-Mu, hamba jatuh cinta padanya. Aku percaya dia memang jodohku, karena Allah telah mempermudah segala jalan menuju pernikahan ini, Papa dan keluarga langsung menyetujui ketika Mehmed dan mamanya menyatakan niat untuk melamarku. Sungguh takjub papa yang selalu ketat menyeleksi setiap laki-laki yang ingin dekat denganku. Tetapi dengan Mehmed papa langsung menyetujui tanpa memikirkan resiko kelak aku akan dibawa jauh ke negeri di seberang lautan dan berjarak ribuan mil. Allah Maha Mengetahui...dan Maha Mengatur.

**************

Istambul akhirnya aku kembali padamu dengan cinta. Sebelum aku meninggalkan tanah air, aku berpamitan pada papa dan keluarga besarku, aku memohon doa agar Allah memberikan kebahagiaan dalam pernikahanku ini. Aku akan pergi bersama laki-laki yang mencintaiku meninggalkan semua kenangan masa silam. Aku menetap dan tinggal di Istambul. Menemani Mehmed yang menjalankan bisnis property. Mehmed memang laki-laki baik dengan iman Islamnya yang sangat bagus. Aku menjalani kehidupan pernikahan ini penuh kebahagiaan. Bersama kami tinggal pula ibu mertua yang sangat menyayangi aku. 3 bulan setelah pernikahan kami aku dinyatakan positif hamil. Allahu Akbar di usia 46 tahun, Allah telah memberikan keajaiban aku masih bisa hamil. Dan kini kami telah dikaruniai seorang anak laki-laki tampan seperti papanya. Selama lebih dari 5 tahun Mehmed sangat lembut, menghormati dan menyayangi istri. Tidak pernah sekalipun kata-kata kasar keluar dari mulutnya. Terima kasih ya Allah... atas karuniaMU.

Adakah yang membekas itu adalah luka sakit hati, kekecewaan dan penyesalan, serta masa lalu yang kelam? Tidakkah engkau lihat mendung yang menakutkan itu datang, lalu turun hujan yang deras, dan dibalik itu mentari mengintip, memanggil pelangi yang indah untuk mu? Tidakkah engkau sadar saat kau terjatuh, berdarah dan terluka, engkau segera mengobatinya dan luka itu lama-kelamaan akan pulih dan sebagian ada yang berbekas dan ada pula yang menghilang?

"Tidaklah segala sesuatu yang menimpa seorang Muslim dalam bentuk bencana, penyakit, kesakitan, kesedihan, atau dukacita kecuali Allah akan menghapuskan keburukannya." (HR. Bukhari dan Muslim). "Senantiasa musibah (cobaan) akan menimpa seorang Mukmin pada tubuh, harta, dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah (meninggal) dan sampai ia bersih dari dosa." (HR. Ahmad dan tirmidzi).


**************


Palembang, Mei 2015
Cerita ini hanyalah fiktif belaka.
Semua nama orang dan nama tempat adalah fakta, cerpen ini terinspirasi oleh kejadian di Grand Bazaar, saat itu seorang saudagar pemilik toko seketika terkagum-kagum setelah bercakap-cakap denganku dan tiba-tiba berlutut melamar aku untuk menjadi istrinya seraya mempersembahkan sebuah sajadah sebagai Mahar. Sulit menghapus kejadian yang hampir membuat aku terkencing-kencing karena shock.