Wednesday, December 13, 2017

KENANGAN DELIVERY SEORANG MANUSIA KE BUMI

Tadi siang saat ada konfirmasi transferan untuk orderan online dan aku baru menyadari bahwa hari ini tanggal 20 September. Yah...aku bahkan tak menyadari sudah tanggal 20 September, berbeda dengan masa-masa 8 tahun silam, tanggal ini selalu dinanti untuk menyiapkan hadiah, ucapan dan do'a terbaikku. Seketika rasa nyeri itu menusuk dihatiku. Siang saat rebahan ketika istirahat kantor aku ingin menangis, terlebih melihat tayangan Trans TV, yaitu Rhoma Irama menangis ketika mengantarkan anaknya ke penjara.

18 tahun silam aku pernah masuk ruang operasi ditanggal ini, untuk men"delivery" seorang insan Allah ke dunia. 9 bulan kurang seminggu membawa janin itu di dalam rahim, dengan kepenatan dan siksaan yang syarat. Tendangan, seretan, cacian, pengusiran, ceceran darah, tusukan jarum infus, lantas tergeletak di jalan, di pasar, dikantor karena lemahnya tubuhku mengandung janin itu.

Namun... demi Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, makhluk yang telah membuat aku dalam kepenatan dan kesakitan yang luar biasa untuk 9 bulan itu, 8 tahun lalu dengan dengusan ringainya, dengan hentakan nafasnya yang bangga dan puas , dengan kelegaannya yang explosive mengantarkan aku ke penjara untuk hukuman selama 6 bulan. Tertawa lepas dan puas seorang bocah berusia 9 tahun karena berhasil memenjarakan ibu kandungnya. Subhanallah... tiada tara dan tidak bisa aku deskripsikan apa yang aku rasakan selain tangis darah dan nanah.

Aku tertunduk lemah menyesali diri, mengkoreksi diri, mencari kesalahan besar yang telah aku lakukan terhadapnya sehingga aku bisa disebut pantas untuk menerima hukuman ini. Hampir gila tersuruk-suruk, tersungkur-sungkur aku di tengah sujud malamku memohon petunjuk Allah untuk ditunjukkan salahku, khilafku sehingga aku bisa disebut "wajar" menerima perlakuan kejam dari anak kandung yang masih berumur 9 tahun. Bahkan sampai kini di setiap sujud dan do'aku minta ditunjukkan kesalahan terbesarku, dan memohon ampun untuk kesalahan itu. Belum juga aku menemukan kesimpulannya. Tidak aku temukan jawabnya. Karena ketika aku bertanya pada hati nuraniku tidak pernah ada setitikpun niat buruk seorang ibu kepada dia. Yang kurangkai, kucita-citakan, kuperuntukkan, kupersiapkan adalah segala yang terbaik hanya untuk dia, dia, dia, dia. Itu jika dia mampu membaca bisikan hatiku. Namun tidak! Bencinya teramat sangat, tanpa muara.

Lantas belum cukup sampai disitu saja rupanya, lampiasan nafsu yang dilemparkan kepada aku. Namaku dihapus, aku dibuang, dicampakkan dan dilupakan. Aku melihat kedalam diri terdalam, barangkali ini sebuah peringatan Allah buat diriku. Aku telah menomor sekiankan Allah demi anak-demi keturunan. Sholatku asal gugur kewajiban, ibadah lain juga tak ada, sedekah hampir tak pernah karena takut uang tak cukup, takut mereka tak terpenuhi nilai gizi, sandang dan kesejahteraan. Berbakti kepada ibu bapak juga hampir tidak pernah. Anak...anak...anakkk dan anak tujuan hidupku. Allah menyentil aku dengan ujian ini. Agar aku sadar anak bukanlah penolongku, bahkan sebagai bencana. 

Ya Allah aku akan tetap ikhlas dengan perlakuan, perbuatan dan balasan mereka padaku. KepadaMU lah aku bermohon, lindungilah mereka, jauhkan mereka dari fitnah dunia dan akhirat. Sukseskan mereka dalam segala hal yang mereka jalani, jadikanlah mereka ahli ibadah dan ahli syurga. Berikanlah petunjuk untuknya untuk berada dijalan yang benar dalam lindungan dan bimbinganMU ya Allah. Karena hanya Engkau yang mampu membolak-balikkan hati. Jadikan dia ahli syurga yang memahami Al-Qur'an dan hadist. Ingatkan dia tentang ayat ini

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًاكَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]


Juga An-Nisa ayat 36.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak…..” [An-Nisa : 36]

18 tahun sudah sangat dewasa untuk berpikir dan mengkaji kebenaran, mengapa dia selalu tertutup pikiran untuk menuding akulah yang salah. Cobalah membuka hati timbang, takar seberapa banyak kebaikan yang telah ditebar ibu kandungmu dibanding kejahatan/keburukannya selama kau masih berupa nokhta di alam rahim, turun ke bumi dan hidup. Ini memang hanya bisa dilakukan oleh kaum berpikir. Aku tidaklah membenarkan diriku, juga tdiak ingin dianggap benar, karena sampai detik inipun aku selalu memohon ampun dan petunjuk kepada Allah agar ditunjukkan kesalahanku.

Aku bahkan tak lagi berani untuk mengucapkan selamat padamu meski hanya kata "Barakkalahu fi umrik" semoga Allah memberkahi hidupmu. 20 September. Tapi coba tanyakan kepada Allah dan malaikatnya, tanyakan apa lapaz do'a-doa malam ibumu??? Semuanya untuk kebaikan kehidupanmu meski kau telah menghapus ingatanmu tentang seorang wanita yang rahimnya pernah kau singgahi 18 tahun yang lalu. Allahu Akbar


Engkau boleh lupakan ibumu, tapi alam dan langit pernah jadi saksi pelukan ibumu untuk membuat kau nyaman

Air mata yang tidak pernah berhenti mengalir sejak kau masih jadi nohkta dalam rahim ibumu sampai detik ini. Rasanya cukuplah kekejian ini. 

Tulisan ini kubuat di tanggal 20 September 2017

Tuesday, July 18, 2017

HATI LARA


Pada kerlip bintang malam aku menatap
Dan hati bergemuruh lirih memandang cahaya indahnya yang memancar
Aku bertasbih....
Kembali memenuhi rongga nafasku dengan asmaMU, mendesis lirih memuji kuasaMU ya Ilahi Rabbi

Hati ini lara... tatkala kupalingkan muka menatap lorong waktu yang telah lewat dibelakangku
Ada banyak sesal membara, belum cukup lagi kebaikan dan ridho Ilahi yang pernah kuraup dalam amalan masa lalu.
Namun aku tak mungkin lagi kembali dalam lorong waktu masa lalu
Perih basah sudut mataku, mendesiskan kembali tasbih memuji asmaMU lalu beristigfar untuk pengampunan dosa.

Tertunduk mata basah yang ragu menatap
Lalu kerlip bintang menyapa manja, membujuk hati lara.
Menyapa lirih membisik mesra... aku tersenyum ragu membalas sapa
“Wahai wajah terkasih...bukankah masih tersisa waktu sebelum batas usiamu berakhir? Maka bergegaslah mencari cahaya. Bergegaslah menimba keridhoanNya. Karena kesendirian adalah jalan untuk kembali, dan cahaya tak pernah akan datang kecuali kau cari”

Aku menepis lara, menyapu lembut bulir basah di pipi yang sudah layu dimakan usia.
Kudesiskan pinta menengadah padaNYA, karena hanya DIA tempat aku berlindung memohon meminta mengadu.
Ya Rabb...jangan biarkan aku sendiri dalam sisa kehidupanku, ....
Jangan serahkan padaku semua urusan aku. Temani aku, bantu aku, tuntun aku ya Rabb
Aku hambaMu yang berlumur dosa dan khilaf
Ampuni aku ya Rabb, karena akan jadi apa hamba jika tidak KAU ampuni
Jadikanlah sisa umur hamba adalah sisa umur yang berkah, yang dapat hamba isi dengan segala kebaikan yang KAU ridhoi.
Kelak akan KAU himpun aku di dalam syurgaMU dan KAU wafatkan aku dalam keadaan husnul khotimah

Aku menengadah ke langit... kusimak kerling bintang tersenyum mesra
Berdesis lirih pada hati yang penat dan lara
Wahai wanita dalam lara...janganlah kau teteskan kembali bulir itu di pipi layumu
Tidak ada lara dalam hidupmu ... kembalikan dan ikhlaskan kisah hidupmu pada SANG MAHA
Lepaskanlah wahai wajah yang luka....
Dan DIA lah tempatmu kembali dan berkeluh kesah
Tak aka ada keluh kesah dan lara, karena semua alur jalinan skenario cerita adalah bermakna dan penuh hikmah.
Ikhlaslah....itu akan membuatmu kuat dan bahagia.

Aku mengangguk ramah..
Menyapa gemerlap bintang dengan senyum ramah.
Ya ...Rabb aku hambaMU hanya kepadaMU aku kembali.
Wahai gemerlap bintang yang mengindahkan malam, hadirkan selalu cahayamu dalam malam-malamku untuk menemani aku bersujud dan bersimpuh padaNYA.

-------------------
Palembang, Rabu 19 Juli 2017
Puisi hati ketika rindu pada yang terkasih itu menggerogoti hati