Waktu yang berlalu tidak akan pernah dapat membuang rasa cinta bunda
terhadap anak kandung. Semua adalah tentang cinta yang tulus yang murni
yang tidak bisa dibenturkan oleh segala keaadaan dan paksaan dari
siapapun. Aku tetap merindu, aku tetap mengirimkan dan memanjatkan doa.
Tetapi aku selalu menjadi penakut...untuk berkata tentang rasa hati yang
sebenarnya. Karena aku terlalu menghukum diri. Yah...aku takut kejadian
ini memang 100% kesalahanku, sehingga mereka membenci, membuang ingatan
tentang aku.
Maka ketika rindu aku hanya bisa menangis, bersimpuh dipangkuan Allah dan menengadahkan tangan, dalam doakupun aku tidak pernah berani untuk meminta dipertemukan. Doa-doaku hanyalah menginginkan kebahagiaannya, keberhasilannya dan keselamatannya dunia akhirat. Karena hanya itulah yang mebuat aku sedikit bahagia, Mengurangi perasaan bersalahku.
MUHAMMAD KHAUTAL ARDI, aku bahkan tidak berani menyebutnya anakku tersayang, karena dia memang sudah tidak menginginkan aku sebagai ibunya lagi. Aku tersenyum perih mengingat anak laki-laki itu. Sejarah hidup belum dapat kuenyahkan dari ingatanku. Aku pernah mengandung dia dalam keadaan yang sangat sulit. Tak terhitung darah dan air mata yang tumpah, tak terhitung berapa botol infus yang tertancap di tanganku, puluhan kali opname, puluhan kali pingsan di pasar, depan rumah, di kantor, demi mempertahankan kehadiran dia. Aku yang selalu khawatir dan terus berpikir keras bagaimana caranya agar tetap bisa makan makanan yang bergizi, tetap bisa minum prenagen yang dibeli persachet, karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi, karena suami yang keji.
Lantas setelah dia lahir cobaan belum juga berakhir, berjuang lagi aku bagaimana cara agar dia tidak akan kelaparan. Berhutangpun adalah biasa bagiku hanya untuk mencukupkan susunya. Dan setelah agak besar aku terus berjuang mencukupi kebutuhan lahir makan dan minum, juga akhlak dan attitude. Aku akui aku agak keras agar dia jadi orang, karena sebagian attitudenya terasa mewarisi bapaknya yang undisiplin, seenaknya, banyak maunya. Tapi memang niat baik tidak selalu dimaknai baik. Dia memandang dari sisi yang berbeda denganku, sehingga menganggap aku jahat. Hingga akhirnya sangat diluar prediksiku dia bertarung di kepolisian, di kejaksaan, di media massa untuk membunuh karakterku dengan hukuman 6 bulan penjara. Diberikan oleh seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang pernah kusimpan selama 9 bulan di rahimku. Ya Allah....!
Apakah cukup sampai disitu anak laki-laki itu melakukannya untukku. Belum...cukup. Dia masih bersaksi kemana-mana tentang aku yang jahat, dan yang paling menyakitkan adalah ketika dia membuang muka dan berlari menjauhi aku ketika berpapasan seakan melihat aku sesuatu yang menjijikan. Didepan orang-orang! Ini adalah moment yang paling menyakitkan, bahkan seorang teman yang ada disampingku saat itu menangis sesengukan karena mengasihani aku.
Lantas aku mencoba melupakan. Mencoba membuang harapan. Mencoba mengikis apapun tentangnya. Tetapi karena aku adalah seorang bunda...tidak pernah membenci. Sesakit apapun yang dia lakukan padaku, aku tetap mendoakannya setiap detik, setiap saat. Agar dia selalu sehat, berhasil, sukses dan hebat. Aku tidak pernah berdoa agar dia kembali kepangkuanku. Dia sudah sangat hebat saat ini.
Dan kemaren karena aku merindukannya aku browsing di google tentang dia. Setengah shock ketika aku membaca sebuah blog temannya yang mendeskripsikan seluruh teman sekelasnya. Pada saaat aku membaca deskripsi tentang dia aku menangis didalam hati. Disitu temannya bercerita bahwa dia memilki karakter yang sangat temperamental, bahkan pernah disaat marah dia membanting jam tangan sampai hancur diringi dengan membenturkan kepala kedinding. Ya Allah...kondisi psikisnya tidak wajar. Aku bisa menangkap bahwa dia dalam tekanan psikis yang amat sangat. Dulu tidak pernah seperti itu. Tekanan batin yang disebabkan oleh apa?
Aku sedih...mengingatnya. Tapi aku bisa berbuat apa? Aku toh telah dihapuskan dalam silsilah kehidupannya, bahkan nama ibunyapun bukan lagi namaku melainkan nama ibu tirinya. Ya Allah.. apakah aku yang salah sehingga kondisi psikis dia sedemikian buruk. Entahlah ...aku hanya mampu berdoa dan menyerahkan semuanya pada Allah. Pasti ada jalan...
Ada beberapa kalimat yang perlu bunda sampaikan pada ananda. Agar doktrinasi dari laki-laki dan istri barunya itu tidak terlalu mendarah daging dihati kalian. Wallahi.....Demi Allah dan kebenaran yang bersaksi. Seorang ibu kandung tidak pernah mungkin berniat jahat kepada anak kandungnya, Nyawapun akan dipertaruhkan untuk ananda. Andai saja kalian sudah dewasa selama bersama bunda, tidakkah kalian menengok lagi ke belakang ke masa silam disaat kita masih bersama? Apa saja perbuatan ibumu yang dilakukan pada kalian, segalanya cuma buat kalian.
Apakah engkau KHAUTAL ARDI sudah melupakan bagaimana ibumu meneteskan air mata sedih ketika kau meminta dibelikan papan catur seharga 75 ribu sedangkan uang ibumu hanya 35 ribu. Ingatkah kau ibumu memberanikan diri meminjam uang 50 ribu pada ibu Angga hanya untuk memenuhi permintaanmu yang memaksa? Ingatkah engkau disaat dalam kesibukan ibumu yang amat sangat padat dihari minggu karena harus kepasar sayur dan memasak untuk persiapan makan kita selama seminggu, ibumu masih bersedia meluangkan waktunya mengantarkan engkau ke rumah BHIWA yang lumayan jauh, karena engkau ingin main kesana. Lalu di sore hari disaat setrikaan banyak atau hujan lebat sekalipun ibumu masih menyempatkan diri untuk menjemputmu?
Bukan untuk mengungkit apa yang ibumu telah berikan tapi sekedar untuk me remind agar kau janganlah terprovokasi untuk membenci ibumu sedemikian rupa hanya untuk membela laki-laki itu. Dia yang pernah menendang ibumu yang muntah disaat hamil kamu. Dia yang mengusir ibumu sehingga terjadi pendarahan berkali-kali dan menyebabkan ibumu harus di opname. Ini sejarah hidup nak, fakta. Kenapa diputar balikkan untuk membunuh karakter ibumu. Rasanya tidak pantas apa yang telah kamu lakukan bersekutu dengan laki-laki itu bersama 5 pengacaranya untuk membuat ibumu dihukum 6 bulan penjara hanya karena ibumu memarahi dan mencubit karena engkau telah membanting mainan PS pemberian laki-laki itu. Aku melakukan itu agar kau menghargai dan menjaga barang pemberian laki-laki itu sebagai ayahmu (aku mengajarimu untuk menghargai ayahmu). Sangat keji...sangat tidak setimpal bila dinilai dimataku.
Tetapi aku tidak bisa memaksa orang lain baik itu jaksa, hakim, dan sebagainya, karena dia dengan 5 orang pengacaranya sungguh pandai merancang semua ini. Dan kau terlibat untuk memuluskan skenarionya dengan persaksianmu. Ya Allah...anakku! Sepanjang mimpi dan doa-doaku aku berharap akan menjadi pelindung dan penjaga diriku karena engkau laki-laki dan ibumu seorang janda, namun pada kenyataannya kau yang masih berusia 9 tahun dengan mata dan muka mendongak isyarat puas karena memenangkan kasus ini dengan berhasil memenjarakan ibumu selam 6 bulan penjara.
Aku tidak punya kata-kata yang pantas untuk diverbalkan atas semua perbuatanmu anakku, Tidak ada! Ya Allah...Ya Allah... Belum cukup perlakuanmu, lebih sakit lagi hatiku ketika berpapasan denganmu kau melengos dan berpaling arah. Allah...Allah.... aku harus berbuat apa? Seberapa besar kesalahan yang telah aku lakukan sehingga begini kejam yang mereka perbuat. Tolong ditimbang hai MUHAMMAD KHAUTAL ARDI seberapa banyak kebaikan ibumu lalu seberapa banyak pengorbanannya buatmu. Timbang anakku....sebandingkah?
Dalam diam dan malam-malam sepiku aku bahkan selalau mendoakan keselamatan, kesuksesan, kehebatanmu di dunia dan akhirat. Di tengah malam-malam sepiku aku selalu merindukan kalian, padahal kalian sedikitpun tidak lagi mengingat aku yang pernah melahirkan kalian. Tak apalah...mungkin Tuhan... sajadah.. .langit gelap... dan lembaran kertas tissue untuk menyeka air mataku kelak akan bersaksi bahwa ada seorang ibu yang menangis penuh kerinduan dan tak lelah berdoa demi kebaikan anak-anaknya. Karena Allah memiliki sebenar-benarnya kebenaran. Selamat malam rinduku...izinkan aku menyeka air mataku. Dalam isak terpendam...Ya Allah... ya Allah... sungguh malam itu indah karena tak ada yang bisa melihat air mataku bersimbah di dalam desah kerinduan yang berkarat. Temani aku terus Tuhan...aku ingin selalu dekat dan mengadu padaMU. Engkaulah sebaik-baiknya temanku. Allah...Allah...
**********
Palembang, 22 Juni 2016
Kepada Ananda Ardi dan Nabila
Ada memang yang harus kalian tahu bahwa seorang bunda tidak pernah membenci dan menyakiti.
Dekapan ini pernah mengajarimu untuk cinta bunda |