Wednesday, June 22, 2016

Aku Rindu Anakku


Waktu yang berlalu tidak akan pernah dapat membuang rasa cinta bunda terhadap anak kandung. Semua adalah tentang cinta yang tulus yang murni yang tidak bisa dibenturkan oleh segala keaadaan dan paksaan dari siapapun. Aku tetap merindu, aku tetap mengirimkan dan memanjatkan doa. Tetapi aku selalu menjadi penakut...untuk berkata tentang rasa hati yang sebenarnya. Karena aku terlalu menghukum diri. Yah...aku takut kejadian ini memang 100% kesalahanku, sehingga mereka membenci, membuang ingatan tentang aku.

Maka ketika rindu aku hanya bisa menangis, bersimpuh dipangkuan Allah dan menengadahkan tangan, dalam doakupun aku tidak pernah berani untuk meminta dipertemukan. Doa-doaku hanyalah menginginkan kebahagiaannya, keberhasilannya dan keselamatannya dunia akhirat. Karena hanya itulah yang mebuat aku sedikit bahagia, Mengurangi perasaan bersalahku.

MUHAMMAD KHAUTAL ARDI, aku bahkan tidak berani menyebutnya anakku tersayang, karena dia memang sudah tidak menginginkan aku sebagai ibunya lagi. Aku tersenyum perih mengingat anak laki-laki itu. Sejarah hidup belum dapat kuenyahkan dari ingatanku. Aku pernah mengandung dia dalam keadaan yang sangat sulit. Tak terhitung darah dan air mata yang tumpah, tak terhitung berapa botol infus yang tertancap di tanganku, puluhan kali opname, puluhan kali pingsan di pasar, depan rumah, di kantor, demi mempertahankan kehadiran dia. Aku yang selalu khawatir dan terus berpikir keras bagaimana caranya agar tetap bisa makan makanan yang bergizi, tetap bisa minum prenagen yang dibeli persachet, karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi, karena suami yang keji.

Lantas setelah dia lahir cobaan belum juga berakhir, berjuang lagi aku bagaimana cara agar dia tidak akan kelaparan. Berhutangpun adalah biasa bagiku hanya untuk mencukupkan susunya. Dan setelah agak besar aku terus berjuang mencukupi kebutuhan lahir makan dan minum, juga akhlak dan attitude. Aku akui aku agak keras agar dia jadi orang, karena sebagian attitudenya terasa mewarisi bapaknya yang undisiplin, seenaknya, banyak maunya. Tapi memang niat baik tidak selalu dimaknai baik. Dia memandang dari sisi yang berbeda denganku, sehingga menganggap aku jahat. Hingga akhirnya sangat diluar prediksiku dia bertarung di kepolisian, di kejaksaan, di media massa untuk membunuh karakterku dengan hukuman 6 bulan penjara. Diberikan oleh seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang pernah kusimpan selama 9 bulan di rahimku. Ya Allah....!

Apakah cukup sampai disitu anak laki-laki itu melakukannya untukku. Belum...cukup. Dia masih bersaksi kemana-mana tentang aku yang jahat, dan yang paling menyakitkan adalah ketika dia membuang muka dan berlari menjauhi aku ketika berpapasan seakan melihat aku sesuatu yang menjijikan. Didepan orang-orang! Ini adalah moment yang paling menyakitkan, bahkan seorang teman yang ada disampingku saat itu menangis sesengukan karena mengasihani aku.

Lantas aku mencoba melupakan. Mencoba membuang harapan. Mencoba mengikis apapun tentangnya. Tetapi karena aku adalah seorang bunda...tidak pernah membenci. Sesakit apapun yang dia lakukan padaku, aku tetap mendoakannya setiap detik, setiap saat. Agar dia selalu sehat, berhasil, sukses dan hebat. Aku tidak pernah berdoa agar dia kembali kepangkuanku. Dia sudah sangat hebat saat ini.

Dan kemaren karena aku merindukannya aku browsing di google tentang dia. Setengah shock ketika aku membaca sebuah blog temannya yang mendeskripsikan seluruh teman sekelasnya. Pada saaat aku membaca deskripsi tentang dia aku menangis didalam hati. Disitu temannya bercerita bahwa dia memilki karakter yang sangat temperamental, bahkan pernah disaat marah dia membanting jam tangan sampai hancur diringi dengan membenturkan kepala kedinding. Ya Allah...kondisi psikisnya tidak wajar. Aku bisa menangkap bahwa dia dalam tekanan psikis yang amat sangat. Dulu tidak pernah seperti itu. Tekanan batin yang disebabkan oleh apa?

Aku sedih...mengingatnya. Tapi aku bisa berbuat apa? Aku toh telah dihapuskan dalam silsilah kehidupannya, bahkan nama ibunyapun bukan lagi namaku melainkan nama ibu tirinya. Ya Allah.. apakah aku yang salah sehingga kondisi psikis dia sedemikian buruk. Entahlah ...aku hanya mampu berdoa dan menyerahkan semuanya pada Allah. Pasti ada jalan...

Ada beberapa kalimat yang perlu bunda sampaikan pada ananda. Agar doktrinasi dari laki-laki dan istri barunya itu tidak terlalu mendarah daging dihati kalian. Wallahi.....Demi Allah dan kebenaran yang bersaksi. Seorang ibu kandung tidak pernah mungkin berniat jahat kepada anak kandungnya, Nyawapun akan dipertaruhkan untuk ananda. Andai saja kalian sudah dewasa selama bersama bunda, tidakkah kalian menengok lagi ke belakang ke masa silam disaat kita masih bersama? Apa saja perbuatan ibumu yang dilakukan pada kalian, segalanya cuma buat kalian.

Apakah engkau KHAUTAL ARDI sudah melupakan bagaimana ibumu meneteskan air mata sedih ketika kau meminta dibelikan papan catur seharga 75 ribu sedangkan uang ibumu hanya 35 ribu. Ingatkah kau ibumu memberanikan diri meminjam uang 50 ribu pada ibu Angga hanya untuk memenuhi permintaanmu yang memaksa? Ingatkah engkau disaat dalam kesibukan ibumu yang amat sangat padat dihari minggu karena harus kepasar sayur dan memasak untuk persiapan makan kita selama seminggu, ibumu masih bersedia meluangkan waktunya mengantarkan engkau ke rumah BHIWA yang lumayan jauh, karena engkau ingin main kesana. Lalu di sore hari disaat setrikaan banyak atau hujan lebat sekalipun ibumu masih menyempatkan diri untuk menjemputmu?

Bukan untuk mengungkit apa yang ibumu telah berikan tapi sekedar untuk me remind agar kau janganlah terprovokasi untuk membenci ibumu sedemikian rupa hanya untuk membela laki-laki itu. Dia yang pernah menendang ibumu yang muntah disaat hamil kamu. Dia yang mengusir ibumu sehingga terjadi pendarahan berkali-kali dan menyebabkan ibumu harus di opname. Ini sejarah hidup nak, fakta. Kenapa diputar balikkan untuk membunuh karakter ibumu. Rasanya tidak pantas apa yang telah kamu lakukan bersekutu dengan laki-laki itu bersama 5 pengacaranya untuk membuat ibumu dihukum 6 bulan penjara hanya karena ibumu memarahi dan mencubit karena engkau telah membanting mainan PS pemberian laki-laki itu. Aku melakukan itu agar kau menghargai dan menjaga barang pemberian laki-laki itu sebagai ayahmu (aku mengajarimu untuk menghargai ayahmu). Sangat keji...sangat tidak setimpal bila dinilai dimataku.

Tetapi aku tidak bisa memaksa orang lain baik itu jaksa, hakim, dan sebagainya, karena dia dengan 5 orang pengacaranya sungguh pandai merancang semua ini. Dan kau terlibat untuk memuluskan skenarionya dengan persaksianmu. Ya Allah...anakku! Sepanjang mimpi dan doa-doaku aku berharap akan menjadi pelindung dan penjaga diriku karena engkau laki-laki dan ibumu seorang janda, namun pada kenyataannya kau yang masih berusia 9 tahun dengan mata dan muka mendongak isyarat puas karena memenangkan kasus ini dengan berhasil memenjarakan ibumu selam 6 bulan penjara.

Aku tidak punya kata-kata yang pantas untuk diverbalkan atas semua perbuatanmu anakku, Tidak ada! Ya Allah...Ya Allah... Belum cukup perlakuanmu, lebih sakit lagi hatiku ketika berpapasan denganmu kau melengos dan berpaling arah. Allah...Allah.... aku harus berbuat apa? Seberapa besar kesalahan yang telah aku lakukan sehingga begini kejam yang mereka perbuat. Tolong ditimbang hai MUHAMMAD KHAUTAL ARDI seberapa banyak kebaikan ibumu lalu seberapa banyak pengorbanannya buatmu. Timbang anakku....sebandingkah?

Dalam diam dan malam-malam sepiku aku bahkan selalau mendoakan keselamatan, kesuksesan, kehebatanmu di dunia dan akhirat. Di tengah malam-malam sepiku aku selalu merindukan kalian, padahal kalian sedikitpun tidak lagi mengingat aku yang pernah melahirkan kalian. Tak apalah...mungkin Tuhan... sajadah.. .langit gelap... dan lembaran kertas tissue untuk menyeka air mataku kelak akan bersaksi bahwa ada seorang ibu yang menangis penuh kerinduan dan tak lelah berdoa demi kebaikan anak-anaknya. Karena Allah memiliki sebenar-benarnya kebenaran. Selamat malam rinduku...izinkan aku menyeka air mataku. Dalam isak terpendam...Ya Allah... ya Allah... sungguh malam itu indah karena tak ada yang bisa melihat air mataku bersimbah di dalam desah kerinduan yang berkarat. Temani aku terus Tuhan...aku ingin selalu dekat dan mengadu padaMU. Engkaulah sebaik-baiknya temanku. Allah...Allah...


**********

Palembang, 22 Juni 2016
Kepada Ananda Ardi dan Nabila
Ada memang yang harus kalian tahu bahwa seorang bunda tidak pernah membenci dan menyakiti.

Dekapan ini pernah mengajarimu untuk cinta bunda


Wednesday, June 8, 2016

CINTA YANG TAK TERUNGKAP



Malam semakin pekat, dan dirinya belum juga enggan terlelap. Merah dan sembab matanya karena sehabis sholat maghrib tadi tersungkur ia di sajadahnya menangis. Ada sesak yang selalu menggumpal, menyesakkan. Dia selalu merefleksikan diri..selalu mencari kesalahan diri tentang salah! 

Tidak.. dan sangat sulit ditemukan. Sedangkan kerinduan itu makin dalam.
Belaian terkasih semakin menyingkirkan dirinya, menjauh tanpa rasa.
Dia tidak dapat mengungkap tentang rasa tentang cinta.
Tak dapat pula dia verbalkan kepada belaian terkasih ananda.
Karena hasut dan bara kebencian telah tersemai dengan baik

Hati tak bergeming dari desis lirih dan istighfar, memohon ampun pada ilahi
Hati tak hendak berhenti berdesis dalam doa-doa panjang di sepertiga malamnya
Hati tak hendak lelah melantunkan bait-bait cinta yang tak dapat terungkapkan
Hati terus menangis lirih tentang pengkhianatan dari kasih yang diizinkan menjenguk dunia melalui rahimnya.
Hati yang telah berdarah dan bernanah tentang pengingkaran dan penikaman tajam.

Cinta itu terpendam dalam dada, diendapkan agar tak menimbulkan kecewa
Cinta itu terus disemai meski hujan tak pernah datang menjenguk
Cinta itu terus tertanam untuknya saja, meski tak berbalas
Cinta itu tetap untuk ananda...

Tidak perlu mengungkap tentang cinta...anandaku
Tidak perlu memohon dimengerti tentang kasih yang tulus
Dan biarkan saja masa akan berlalu
Biarkan saja tentang alam sadar pikiranmu, penilaianmu

Karena hanya kepada Allahlah kita akan kembali...akan ada pertanggungjawaban tentang kebenaran atau kesalahan.
Karena waktu akan terus melanjutkan hari-hari dan bernyanyi tentang cinta
Cinta tak pernah minta pengakuan, penerimaan
Jika kau mengerti bahwa inilah seorang bunda.....


Rabu, 6 April 2016, kala hati berdialog dengan Allah disepertiga malam.


Resti menekan turn of pada laptopnya dan sesaat setelah layar laptop menghitam dia menutupnya. Ialu berbaring dipembaringan. Tanpa perintah bulir-bulir bening itu kembali berdesakan keluar dari matanya mengalir ke luar seperti air bah. Matanya tak pernah menangis lalu menghempaskan desakan nafas yang tertahan. Pelupuk matanya memutar kembali kejadian tadi siang, disaat dia mengemudikan mobil jazz untuk pulang istirahat siang. Disaat matanya tertumbuk pada sosok seorang remaja putri yang berteduh dibawah pohon rindang di depan masjid. Hatinya berdetak. Dia menghentikan laju mobilnya dan mundur beberapa meter. Kembali dia menatap gadis remaja dibawah pohong rindang. Gadis itu menenggak bekal air putih dari thermos plastik tupperware ditangannya sepertinya dia lelah. Dugggg...hatinya berdegup sangat keras. “Nabilah......!” Remaja itu anak kandungnya. Resti gemetar ingin dia membuka kaca mobilnya, lalu berteriak atau bahkan turun untuk memeluk Nabila. Mengajaknya masuk ke mobil dan mengantarnya pulang. Tapi itu cuma hasrat dihatinya. Dia menahan keinginannya. Tapi kekangan hasrat ini membuatnya sangat sakittt......

Dia anak kandung yang disemayamkan selama 9 bulan dalam rahimnya, lantas dilahirkan kedunia dengan kesakitan luar biasa, dibesarkan dengan tangis dan doa karena treatment luar biasa untuk anak autis, mengapa hanya untuk memeluk sekejap saja terlalu sulit. Air mata Resti makin deras mengalir. Setelah puas memandang Resti kembali melajukan Jazznya sebelum gadis remaja itu berteriak atau berlari demi menyadari ada seseorang memandangnya dikejauhan.

Resti merasa telah kehilangan keberanian untuk mendekati anak-anak kandungnya setelah kedua anaknya yang pernah dibesarkan olehnya dengan usaha yang luar biasa telah membenci dan merubah persepsi kedua anaknya yang telah berubah terhadap dirinya. Kedua anak itu membencinya. Entah karena apa. Resti terus introspesi diri, mencari letak kesalhan terbesar didirinya sehingga karma ini begitu keji. Dia lelah dan tersungkur....tidak bertemu...tidak memahami.

Resti terus mengurut kembali serpihan-serpihan tragedi masa silam. Semua manis...dalam getirnya. Betapa jika mau dikisahkan kembali atau digali tentang hatinya, semua adalah niat kebaikan bagi ananda. Bahkan jiwapun akan direlakan. Kala akhir perjumpaan 7 tahun silam, mereka masih penuh cinta, masih penuh kasih. Dan sejalan waktu berjalan kebencian sangat membara dihati mereka. Terhadap ibu kandung.....

Ahhh...alangkah pandai wanita itu sebagai ibu tiri, laki-laki bengis itu mencuci otak ananda. Membuat benteng tinggi agar kami tak bisa mengulur tali kasih. Ya Allah.... Allah...Allah...Allah...Allah...Allah. Geming hatiku berlirih. Ini kehidupan sementara.... Takutlah pada pengadilan akhirat ya insan... Allahu Akbar...Allahu Akbar!

===============
Note : Kepada ananda tercinta yang telah jauh dari bunda. Bunda tidak meminta untuk dipahami dan diingat, tetapi kelak kalian akan tahu meski terhempas, didalam sujud dan doanya nama kalian selalu disebut dengan pengharapan yang baik dunia akhirat.

Dalam kegelapanpun cahaya itu ada. Itulah kebenaran